BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu kebijakan pemerintah dalam bidang kesehatan adalah pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010. Hal ini tercantum dalam KEPMENKES nomor 574/ Menkes/ SK/ XI/ 2000. Pemerintah dengan berbagai programnya senantiasa berusaha untuk mewujudkan misi tersebut melalui upaya-upaya seperti preventif, kuratif, promotif, dan rehabilitatif. Tindakan preventif bisa dimulai dengan pencegahan berkembangnya bibit penyakit, misalnya penyakit menular. Contoh penyakit menular yang menjadi masalah hampir seluruh penduduk dunia adalah penyakit malaria.
Malaria adalah penyakit yang penyebarannya di dunia sangat luas yakni antara garis bujur 60˚ di Utara dan 40˚ di Selatan yang meliputi lebih dari 100 negara yang beriklim tropis dan sub tropis. Penduduk yang berisiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari penduduk dunia. Setiap tahun jumlah kasus malaria berjumlah 300-500 juta dan mengakibatkan 1,5-2,7 juta kematian (Harijanto, 2000).
Indonesia yang merupakan negara yang beriklim tropis, malaria adalah salah satu penyakit menular yang mempengaruhi angka kematian bayi, anak, dan ibu melahirkan, serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja.
Di daerah transmigrasi dan daerah lain yang didatangi penduduk baru daerah non-endemik sering terjadi letusan atau wabah yang menimbulkan banyak kematian. Lebih dari setengah penduduk Indonesia masih tinggal di daerah yang merupakan tempat terjadinya penularan malaria, sehingga berisiko tertular malaria.
Melihat keseriusan masalah ini, siapa pun berisiko untuk terkena malaria, terutama anak balita, wanita hamil, dan penduduk non-immun yang mengunjungi daerah endemic malaria, seperti pekerja migran, pengungsi, transmigran, dan wisatawan.
B. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam pembuatan makalah ini sebagai berikut.
Mengetahui tentang penyakit malaria, seperti definisi, klasifikasi, etiologi, cara penularan, manifestasi klinik, patofisiologi, pathways, diagnosis banding, pemeriksaan penunjang, komplikasi, pencegahan, dan penanganan.
Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat yang harus diberikan pada penderita malaria.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligate intraseluler dari genus Plasmodium atau infeksi parasit Plasmodium falcifarum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, atau Plasmodium malariae dan ditularkan oleh nyamuk betina dari tribus Anopheles.
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama prosesnya, malaria disebabkan oleh parasit malaria/protozoa genus Plasmodium bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamuk malaria (anopeles) betina (WHO 1981).
Selain oleh gigitan nyamuk, malaria dapat ditularkan secara langsung melalui transfusi darah atau jarum suntik yang tercemar darah penderita malaria serta dari ibu hamil kepada bayinya. Bahkan, menurut suatu situs di internet menyebutkan bahwa malaria merupakan penyakit yang tidak hanya menyerang manusia, akan tetapi juga menyerang burung, kera, dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium (Tempointeraktif_com-Malaria.htm).
B. KLASIFIKASI
Berdasarkan jenis parasit yang menginfeksi, malaria dikelompokkan menjadi 4 macam yaitu:
Malaria tertiana, merupakan malaria yang paling ringan dan disebabkan oleh plasmodium vivax dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama teerjadi (dapat terjadi selama dua minggu setelah infeksi).
Malaria tropika, yaitu malaria yang disebabkan oleh plasmodium falcifarum dan merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Hal ini dikarenakan organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau dan akhirnya bias berujung pada kematian.
Malaria kuartana, adalah jenis malaria yang diinfeksi oleh plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi lebih lama dibandingkan dengan jenis malaria yang lain, tapi gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala tersebut kemudian akan terulang lagi tiap tiga hari.
Jenis malaria yang disebabkan oleh plasmodium ovale jarang ditemukan, akan tetapi jenis malaria ini mirip dengan malaria tertiana.
C. ETIOLOGI
Penyebab utama dari malaria adalah protizoa dari genus Plasmodium, baik itu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, dan Plasmodium malariae. Parasit penyebab malaria ini ditransmisikan oleh nyamuk betina Anopheles.
Penyakit malaria jarang ditemui pada bulan-bulan pertama kehidupan, tetapi pada anak yang berumur beberapa tahun dapat terjadi serangan malaria tropika yang berat, bahkan tertiana dan kuartana dan dapat menyebabkan kematian terutama pada anak dengan gangguan gizi.
D. TANDA DAN GEJALA
Gejala Malaria
Gejala serangan malaria pada penderita terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
1. Gejala klasik, biasanya ditemukan pada penderita yang berasal dari daerah non endemis malaria atau yang belum mempunyai kekebalan (immunitas); atau yang pertama kali menderita malaria. Gejala ini merupakan suatu parokisme, yang terdiri dari tiga stadium berurutan:
- menggigil (selama 15-60 menit), terjadi setelah pecahnya sizon dalam eritrosit dan keluar zat-zat antigenik yang menimbulkan mengigil-dingin.
- demam (selama 2-6 jam), timbul setelah penderita mengigil, demam dengan suhu badan sekitar 37,5-40 derajad celcius, pada penderita hiper parasitemia (lebih dari 5 persen) suhu meningkat sampai lebih dari 40 derajad celcius.
- berkeringat (selama 2-4 jam), timbul setelah demam, terjadi akibat gangguan metabolisme tubuh sehingga produksi keringat bertambah. Kadang-kadang dalam keadaan berat, keringat sampai membasahi tubuh seperti orang mandi. Biasanya setelah berkeringat, penderita merasa sehat kembali.
Di daerah endemis malaria dimana penderita telah mempunyai imunitas terhadap malaria, gejala klasik di atas timbul tidak berurutan –bahkan bisa jadi tidak ditemukan gejala tersebut- kadang muncul gejala lain.
2. Gejala malaria dalam program pemberantasan malaria:
- Demam
- Menggigil
- Berkeringat
- Dapat disertai dengan gejala lain: Sakit kepala, mual dan muntah.
- Gejala khas daerah setempat: diare pada balita (di Timtim), nyeri otot atau pegal-pegal pada orang dewasa (di Papua), pucat dan menggigil-dingin pada orang dewasa (di Yogyakarta).
3. Gejala malaria berat atau komplikasi, yaitu gejala malaria klinis ringan diatas dengan disertai salah satu gejala di bawah ini:
- Gangguan kesadaran (lebih dari 30 menit)
- Kejang, beberapa kali kejang
- Panas tinggi diikuti gangguan kesadaran
- Mata kuning dan tubuh kuning
- Perdarahan di hidung, gusi atau saluran pencernaan
- Jumlah kencing kurang (oliguri)
- Warna urine seperti teh tua
- Kelemahan umum (tidak bisa duduk/berdiri)
- Nafas sesak
E. EPIDEMIOLOGI
Hanya pada daerah-daerah dimana diperlihatkan adanya gametosit didalam darah, maka nyamuk dapat mengalami infeksi. Anak-anak terutama penting dalam hal ini. Penularan malaria terjadi pada sebagian besar zona tropis dan sedang; meskipun di Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa Utara, saat ini bebas dari malaria indiagnosa, wabah-wabah fokal telah terjadi melalui infeksi nyamuk-nyamuk lokal oleh pendatang-pendatang dari daerah endemis.
Malaria congenital yang disebabkan oleh pemindahan kuman penyebab melintasi sawar plasenta, sangat jarang. Di pihak lain malaria neonatal, sering terjadi dan dapat mengakibatkan percampuran darah ibu yang terinfeksi dengan darah bayi selama proses kelahiran.
D. CARA PENULARAN
Malaria pada anak dapat ditularkan melalui dua cara berikut:
1. Penularan secara alamiah, melalui gigitan nyamuk Anopheles. Dipengaruhi oleh faktor lingkungan fisik, seperti: suhu, daerah dengan kelembaban yang tinggi, hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembang biaknya nyamuk penyebab malaria, serta tempat-tempat yang ada genangan airnya.
Selain lingkungan fisik, lingkungan biologik dan sosial budaya juga berpengaruh terhadap transmisi malaria. Tumbuhan bakau, lumut, ganggang, dan berbagai tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva karena dapat menghalangi sinar matahari. Berbagai kegiatan manusia seperti pembuatan bendungan, pembuatan jalan, pertambangan, dan pembangunan pemukiman baru/ transmigrasi sering mengakibatkan perubahan lingkungan yang menguntungkan penularan malaria. Maka tidak mengherankan apabila banyak anak dari lingkungan yang tidak bersih terkena malaria.
2. Penularan non-alamiah, terdiri atas:
a) Malaria bawaan/ congenital, disebabkan adanya kelainan pada sawar plasenta sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada bayi yang dikandungnya. Selain melalui plasenta, penularan dari ibu kepada bayi juga melalui tali pusat.
b) Penularan secara mekanik, terjadi melalui transfuse darah atau jarum suntik.
E. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik yang biasanya terjadi pada anak yang menderita malaria adalah demam periodik, anemia, dan splenomegali. Keluhan prodromal dapat berlangsung sebelum munculnya demam yaitu kelesuan, malaise, sakit kepala, merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang, demam ringan, anoreksia, perut tak enak, diare ringan, dan kadang-kadang dingin.
Manifestasi klinik untuk masing-masing plasmodium berbeda-beda:
1. Plasmodium falciparum
Masa inkubasi 9-14 hari, tipe panas 24, 36, 48 jam, panas ireguler dan tidak periodik, sering terjadi hiperpireksia dengan temperature di atas 40˚C, anemia, splenomegali, parasitemia dan komplikasi sering dijumpai. Gejala prodromal yang biasanya muncul adalah sakit kepala, sakit tungkai, lesu, perasaan dingin, mual, muntah, dan diare. Gejala lain berupa konvulsi, pneumonia aspirasi, dan banyak keringat walaupun temperatur normal. Splenomegali lebih sering dijumpai daripada hepatomegali dan nyeri perabaan: hati membesar dapat disertai timbulnya ikterus. Kelainan urin dapat berupa albuminuria, hialin, dan kristal yang granuler. Anemia lebih menonjol dengan leukopenia dan monositosis.
2. Plasmodium vivax
Masa inkubasi 12-17 hari, tipe panas 48 jam, awalnya panas ireguler, remiten intermitten, saat itu menggigil jarang terjadi. Pada akhir minggu tipe panas menjadi intermitten dan periodic setiap 48 jam dengan gejala klasik trias malaria. Serangan biasanya terjadi pada sore hari. Pada minggu kedua limpa mulai teraba. Parasitemia mulai menurun setelah 14 hari, limpa masih membesar dan panas masih berlangsung. Pada akhir minggu kelima panas mulai turun secara krisis. Mortalitas rendah namun morbiditas tinggi karena sering relaps.
3. Plasmodium ovale
Masa inkubasi 11-18 hari, tipe panas 48 jam, serangan paroksismal 3-4 hari terjadi pada malam hari dan jarang lebih dari 10 kali walaupun tanpa terapi. Gejala klinis hampr sama dengan malaria vivax, lebih ringan, puncak panas lebih rendah, dan berlangsung lebih pendek, serta dapat sembuh spontan tanpa pengobatan.
4. Plasmodium malariae
Masa inkubasi 18-40 hari, tipe panas 72 jam, manifestasi klinik seperti pada malaria vivax hanya berlangsung lebih ringan, anemia jarang terjadi, splenomegali sering dijumpai walaupun pembesaran ringan. Serangan paroksismal terjadi tiap 3-4 hari, biasanya pada waktu sore dan parasitemia sangat rendah < 1%.
F. PATOFISIOLOGI
Gejala malaria timbul pada saat pecahnya eritrosit yang mengandung parasit. Gejala yang paling mencolok adalah demam yang diduga disebabkan oleh pirogen endogen. Akibatnya, terjadi vasodilatasi perifer. Pembesaran limpa disebabkan oleh terjadinya peningkatan jumlah eritrosit yang terinfeksi parasit, teraktivasinya sistem kuloendotelial untuk memfahositosis eritrosit yang terinfeksi parasit dan sisa eritrosit akibat hemolisis. Juga terjadi penurunan jumlah trombosit dan leukosit neutrofil. Terjadinya kongesti pada organ lain meningkatkan risiko terjadinya rupture limpa.
Anemia terutama disebabkan oleh pecahnya eritrosit dan difagositosis oleh sistem retikuloendotelial, hemolisis otoimun, sekuestrasi oleh limpa pada eritrosit yang terinfeksi maupun yang normal, dan gangguan eritropoesis.
Kelainan patologik pembuluh darah kapiler pada malaria tropika, disebabkan karena eritrosit yang terinfeksi menjadi kaku dan lengket. Perjalanannya dalam kapiler terganggu sehingga melekat pada endotel kapiler ksrens terdapat penonjolan membrane eritrosit. Setelah terjadi penumpukan sel dan bahan pecahan sel maka aliran kapiler terhambat dan timbul hipoksia jaringan, gangguan integritas kapiler, dan dapat terjadi perembesan cairan bahkan perdarahan ke jaringan di sekitarnya.
Pertahanan tubuh individu terhadap malaria berupa faktor yang diturunkan maupun yang didapat. Pertahanan terhadap malaria yang diturunkan terutama penting untuk melindungi anak kecil/ bayi disebabkan oleh sifat khusus eritrosit yang relatif resisten terhadap masuk dan berkembangnya parasit malaria.
G. PATHWAYS
Sporozoit
Masuk jaringan TNF meningkat konsentrasi
Interleukin
Membelah menjadi Stimulus zat
merozoit pirogen
Infeksi organ lain Masuk sirkulasi Hipothalamus mencapai setpoint
Invasi elektrolit panas tubuh meningkat
Hipertermi Eritrosit lisis
anemia stimulus saraf
saraf kolinergik
Anoksi& nutrisi kompensasi menggigil
Penurunan suplai O2 & sel Berkeringat berlebih
Kelelahan Rasa haus positif
Dehidrasi
Kekurangan vol. cairan
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Fisis: konjungtiva pucat, sklera ikterik, splenomegali.
2. Pemeriksaan Laboratorium
1) Tetesan preparat darah tebal, dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100 lapang pandang dengan perbesaran kuat). Preparat dinyatakan negatif bila setelah diperiksa 200 lapang pandang dengan perbesaran kuat 700-1000 kali tidak ditemukan parasit.
2) Tetesan preparat darah tipis, digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila dengan preparat tebal sulit ditentukan.
3) Tes antigen (P-F test), untuk mendeteksi antigen plasmodium falciparum (Histidine Rich protein II).
4) Tes serologi, berguna untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal.
5) Pemeriksaan PCR, pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknologi amplifikasi DNA, waktu dipakai cukup cepat dan sensitifitas tinggi. Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil positif.
3. Pemeriksaan lainnya: tes fungsi ginjal, tes fungsi hati, gula darah, elektrolit, hemostasis, rontgent thorax, EKG.
I. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding untuk penyakit malaria diantaranya: infeksi virus, demam tifoid toksik, hepatitis fulminan, infeksi saluran kemih, leptospirosis, ensefalitis.
J. KOMPLIKASI
1. Malaria serebral, biasanya dimulai dengan adanya kejang pada anak, kesadaran anak menjadi apatis sampai koma. Delirium, halusinasi atau mengamuk sangat jarang dijumpai pada anak. Cairan serebrospinal biasanya dalam batas normal. Gejala malaria serebral pada anak-anak paling dini biasanya adalah demam dengan suhu 37,5-41˚C, tidak bisa makan dan minum, mual, batuk jarang diare.
2. Anemia, (Hb < 5 gr%).seorang anak yang mendadak menderita anemia berat seringkali berhubungan dengan hiperparasitemia. Dapat pula terjadi sebagai akibat penghancuran eritrosit yang mengandung parasit. Anak dengan anemia berat dapat menderita takikardia dan dispnea.
3. Dehidrasi, gangguan asam-basa, dan elektrolit, ditandai dengan penurunan perfusi perifer, rasa haus, berat badan turun 3-4%, nafas cepat dan dalam, penurunan turgor kulit, peningkatan kadar ureum darah 6,5 mmol/l atau 40 mg/dl.
4. Hipoglikemia berat, terutama terjadi pada anak di bawah 3 tahun dengan gejala kejang, hiperparasitemia, penurunanan kesadaran. Hipoglikemia berhubungan dengan hiperinsulinemia yang diinduksi oleh malaria dan kina.
5. Gagal ginjal, jarang terdapat pada anak dengan malaria terutama pada anak kecil. Gagal ginjal ini seringkali disebabkan oleh dehidrasi yang tidak diobati adekuat.
6. Edema paru akut, diduga karena peningkatan permeabilitas membran kapiler, terjadinya emboli mikrovaskuler, koagulasi intravaskuler atau disfungsi mikrosirkulasi pulmonal.
7. Malaria algid, adalah malaria falciparum yang disertai syok karena adanya septikemia kuman gram negatif.
8. Kecendrungan terjadi perdarahan, misalnya perdarahan gusi, epistaksis, petekia, dan perdarahan subkonjungtiva. Hal ini sering terjadi pada penderita yang non-imun terhadap malaria.
9. Hiperpireksia, seringkali berhubungan dengan kejang, delirium, dan koma.
10. Hemoglobinuria, berkaitan dengan defisiensi G6PD, hemolisis akan berhenti setelah pecahnya eritrosit tua.
K. PENCEGAHAN
1. Menjaga kebersihan lingkungan.
2. Menghindari atau mengurangi kontak gigitan nyamuk penyebab malaria, misalnya dengan pemakaian kelambu, penjaringan rrumah, repelen, obat nyamuk, ataupun lotion anti nyamuk.
3. Membunuh nyamuk dewasa dengan menggunakan berbagai insektisida.
4. Membunuh jentik baik secara kimiawi menggunakan larvasida ataupun secara biolgik dengan cara memelihara ikan pemakan larva seperti gambusia, nila, mujair, dan lain-lain.
5. Pemakaian obat anti malaria: semua anak dari daerah non-endemik malaria apabila masuk ke daerah endemik malaria, maka 2 minggu sebelumnya sampai dengan 4 minggu setelah keluar dari daerah endemik malaria, diberikan obat anti malaria seperti: klorokuin basa 5 mg/ kgBB, maksimal 300 mg basa sekali seminggu atau dengan fansidar atau suldox dengan dasar pirimetamin 0,5-0,75 mg/ kgBB atau sulfa-doksin 10-15 mg/ kgBB sekali seminggu (hanya untuk anak umur 6 bulan atau lebih).
6. Vaksin malaria: digunakan untuk proteksi terhadap 3 stadium parasit, yaitu sporozoit yang berkembang dalam nyamuk dan menginfeksi manusia, merozoit yang menyerang eritrosit, dan gametosit yang menginfeksi nyamuk.
PENGOBATAN UNTUK PENCEGAHAN (KEMOFILAKSIS)
Obat yang dipakai untuk tujuan ini pada umumnya bekerja terutama pada tingkat eritositer, hanya sedikit yang berefek pada tingkat eksoeritrositer (hati). Obat harus digunakan terus-menerus mulai minimal 1-2 minggu sebelum berangkat, sampai 4-6 minggu setelah keluar dari daerah endemis malaria. Oam yang dipakai dalam kebijakan pengobatan di Indonesia adalah : Klorokuin. Obat ini banyak digunakan karena murah, tersedia secara luas, dan relative aman untuk anak-anak, ibu hamil maupun ibu menyusui. Pada dosis pencegahan obat ini aman digunakan untuk jangka waktu 2-3 tahun. Efek samping dari obat ini berupa gangguan gastrointestinal tractus seperti mual, muntah, sakit perut dan diare. Efek samping ini dapat dikurangi dengan meminum obat sesudah makan.
Pencegahan Pada Anak :
OAM yang paling aman untuk anak kecil adalah Klorokuin. Dosis : 5 mg/KgBB/minggu. Dalam bentuk sediaan tablet rasanya pahit sehingga sebaiknya dicfampur dengan makanan atau minuman, dapat juga dipilih yang berbentuk suspensi. Untuk mencegah gigitan nyamuk sebaiknya memakai kelambu pada waktu tidur.
Pencegahan Perorangan:
Dipakai oleh masing-masing individu yang memerlukan penceghan terhadap penyakit malaria. Obat yang dipakai adalah klorokuin.
Cara Pengobatannya :
' Bagi pendatang sementara klorokuin diminum 1 minggu sebelum tiba di daerah malaria, selama berada di daerah malaria dan dilanjutkan selama 4 minggu setelah meninggalkan daerah malaria.
' Bagi penduduk setempat dan pendatang yang akan menetap maka klorokuin diminum seminggu sekali sampai lebih dari 6 tahun dapat dilakukan tanpa efek samping. Bila transmisi di daerah tersebut hebat sekali atau selama musim penularan, obat diminum 2 kali seminggu. Penggunaan 2 kali seminggu dianjurkan hanya untuk 3-6 bulan saja. Dosis pengobatan pencegahan : klorokuin 5 mg/KgBB atau 2 tablet untuk dewasa.
Pencegahan Kelompok
Pencegahan ini ditujukan pada sekelompok penduduk, khususnya pendatang non-imun yang sedang berada di daerah endemis malaria. Pencegahan kelompok memerlukan pengawasan yang lebih baik. Obat diberikan melalui unit pelayanan kesehatan, pos-pos pengobatan malaria yang dibentuk sendiri oleh penduduk di wilayah tersebut, atau melalui post obat desa (POD) yang didalamnya menyediakan obat-obatan lain selain obat anti malaria. Dosis dan cara pengobatan sama seperti pengobatan pencegahan perorangan
L. PENATALAKSANAAN
1. Klorokuin basa diberikan total 25 mg/ kgBB selama 3 hari.
2. Bila dengan klorokuin pada hari ke-4 masih demam atau hari ke-8 masih di jumpai dalam darah maka diberikan: kina sulfat 30 mg/ kgBB dibagi dalam 3 dosis selama 7 hari atau fansidar atau suldox dengan dasar dosis primetamin 1 – 1,5 mg/ kgBB atau sulfadoksin 20 -30 mg/ kgBB single dose (usia di atas 6 bulan).
Bila dengan pengobatan di atas anak masih demam pada hari ke empat atau hari ke delapan masih dijumpai parasit maka diberikan: tetrasiklin HCL 50 mg/ kgBB/ kali, sehari 4 kali selama 7 hari + fansidar/ suldox bila belum mendapat pengobatan dengan kina sulfat atau bisa juga dengan kombinasi antara tetrasiklin + kina sulfat bila sebelumnya mendapat pengobatan dengan fansidar/ suldox ( tetrasiklin hanya diberikan pada anak umur 8 tahun ke atas).
3. Bila tersedia, dapat diberi obat-obat sebagai berikut: meflokuin 15 mg/ kgBB dibagi dalam 2 dosis dengan jarak waktu pemberian 12 jam secara terpisah atau halofantrin 8 mg basa/ kgBB setiap 6 jam untuk 3 dosis.
4. Untuk pencegahan relaps pada plasmodium vivax dan ovale, bisa diberikan primakuin basa 0,3 mg/ kgBB/ hari selama 14 hari, maksimal 26,3 mg/ hari (untuk umur > 5 tahun).
N. PROGNOSIS
F Prognosis malaria berat tergantung kecepatan diagnosa dan ketepatan dan kecepatan pengobatan
F Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang dilaporkan pada anak-anak 15%, dewasa 20% dan pada kehamilan meningkat sampai 50%.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pemeriksaan fisik
- Vital sign
- Pemeriksaan konjungtiva pucat
- Pemeriksaan sclera ikterik
- Splenomegali
Pemeriksaan penunjang :
- Pemeriksaan darah tepi
- Pemeriksaan darah rutin
- Pemeriksaan darah lengkap
- Pemeriksaan serologis
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan penyakit
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif
3. Kelelahan berhubungan dengan anemia
D. NURSING CARE PLAN
Dx 1 : Hipertermia berhubungan dengan penyakit
Kriteria hasil :
- Temperatur anak menunjukkan dalam rentang normal
- Perubahan warna kulit ke normal
- Anak tidak menunjukkan kejang
Intervensi :
- Monitor temperature setiap 2 jam secara teratur
- Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
- Monitor warna kulit dan temperature
- Monitor tanda dan gejala dari hipertermia
- Kontrol pemasukan cairan dan nutrisi secara adekuat
- Kolaborasi pemberian antipiuretik
Dx 2 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume
cairan aktif
Kriteria hasil :
- Volume cairan adekuat
- Tekanan darah berada pada rentang normal
- Membran mukosa lembab
Intervensi :
- Pantau tekanan darah
- Pantau turgor kulit dan membrane mukosa
- Pantau intake dan output cairan
Dx 3 : Kelelahan berhubungan dengan anemia
Kriteria hasil :
- Klien mampu beraktivitas seperti biasanya
Intervensi :
- Pantau aktif klien setiap hari
- Pantau TV sebelum dan sesudah tindakan
- Berikan alternative istirahat yang cukup atau tanpa diganggu
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligate intraseluler dari genus Plasmodium atau infeksi parasit Plasmodium falcifarum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, atau Plasmodium malariae dan ditularkan oleh nyamuk betina dari tribus Anopheles.
2. Berdasarkan jenis parasit yang menginfeksi, malaria dikelompokkan menjadi 4 macam yaitu:
- Malaria tertiana
- Malaria tropika
- Malaria kuartana
- Jenis malaria yang disebabkan oleh plasmodium ovale jarang ditemukan, akan tetapi jenis malaria ini mirip dengan malaria tertiana.
3. Penyebab utama dari malaria adalah protizoa dari genus Plasmodium, baik itu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, dan Plasmodium malariae. Parasit penyebab malaria ini ditransmisikan oleh nyamuk betina Anopheles.
4. Malaria pada anak dapat ditularkan melalui dua cara berikut:
- Penularan secara alamiah, melalui gigitan nyamuk Anopheles.
- Penularan non-alamiah, terdiri atas: Malaria bawaan/ congenital dan Penularan secara mekanik
5. Gejala yang klasik yaitu terjadinya trias malaria:
- Periode dingin atau menggigil (15-60 menit): terjadi setelah pecahnya skizon dalam eritrosit dan keluar zat-zat antigenik yang menimbulkan menggigil dan dingin.
- Periode demam (2-6 jam): timbul setelah penderita menggigil, demam dengan suhu badan berkisar 37,5-40˚C bahkan lebih pada penderita hiperparasitemia, wajah anak terlihat merah, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi beberapa jam, diikuti dengan keadaan berkeringat.
- Periode berkeringat (2-4 jam): muncul setelah demam, terjadi akibat gangguan metabolisme tubuh sehingga produksi keringat bertambah
6. Manifestasi klinik untuk masing-masing plasmodium berbeda-beda.
7. Komplikasi yang terjadi pada malaria antara lain :
- Malaria serebral
- Anemia
- Dehidrasi, gangguan asam-basa, dan elektrolit
- Hipoglikemia berat
- Gagal ginjal
- Edema paru akut
- Malaria algid
- Kecendrungan terjadi perdarahan, misalnya perdarahan gusi, epistaksis, petekia, dan perdarahan subkonjungtiva.
- Hiperpireksia
- Hemoglobinuria
B SARAN
Malaria merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligate intraseluler dari genus Plasmodium atau infeksi parasit. Untuk mencegah terjadinya parasit berkembang bebas di lingkungan kita, maka perlu diperhatikan masalah sanitasi lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Hariyanto. 2000. MALARIA . Jakarta : EGC
Tempointeraktife.com-Malaria.
Prof. Dr. Putu Sutisna, DTMH. 2004. MALARIA SECARA RINGKAS. Jakarta: EGC
Joanne C. Mc Closkey dan Gloria M. Buleckek. 1996. NIC. Mosby.
Guyton and Hal. 1997. FISIOLOGI KEDOKTERAN. Jakarta : EGC.
Marion Johnson, Phd, Rn, dkk. 1997. NOC. Mosby
Budi Santoso. 2005. NANDA. Prima Medika
www.infeksi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar