MASTITIS
Doddy Yumam Prasetyo SKep
A. Pengertian
Mastitis adalah peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak, yang disebabkan oleh kuman terutama Staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu atau melalui peredaran darah. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis.
Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Kadang-kadang keadaan ini bisa menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat. Abses payudara, penggumpalan nanah lokal di dalam payudara, merupakan komplikasi berat dari mastitis.
Macam-macam mastitis dibedakan berdasarkan tempatnya serta berdasarkan penyebab dan kondisinya. Mastitis berdasarkan tempatnya dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Mastitis yang menyebabkan abses di bawah areola mammae
2. Mastitis di tengah-tengah mammae yang menyebabkan abses di tempat itu
3. Mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang menyebabkan abses antara mammae dan otot-otot di bawahnya.
Sedangkan pembagian mastitis menurut penyebab dan kondisinya dibagi pula menjadi 3, yaitu :
1. Mastitis periductal
Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia menjelang menopause, penyebab utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal juga dengan sebutan mammary duct ectasia, yang berarti peleburan saluran karena adanya penyumbatan pada saluran di payudara.
2. Mastitis puerperalis/lactational
Mastitis puerperalis banyak dialami oleh wanita hamil atau menyusui. Penyebab utama mastitis puerperalis yaitu kuman yang menginfeksi payudara ibu, yang ditransmisi ke puting ibu melalui kontak langsung.
3. Mastitis supurativa
Mastitis supurativa paling banyak dijumpai. Penyebabnya bisa dari kuman Staphylococcus, jamur, kuman TBC dan juga sifilis. Infeksi kuman TBC memerlukan penanganan yang ekstra intensif. Bila penanganannya tidak tuntas, bisa menyebabkan pengangkatan payudara/mastektomi.
B. Penyebab
Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau menyebabkan infeksi.
1. Statis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan, atau setiap saat jika bayi tidak mengisap ASI, kenyutan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif, pembatasan frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada saluran ASI, suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui untuk kembar dua/lebih.
2. Infeksi
Organismen yang paling sering ditemukan pada mastitis dan abses payudara adalah organisme koagulase-positif Staphylococcus aureus dan Staphylococcus albus. Escherichia coli dan Streptococcus kadang-kadang juga ditemukan. Mastitis jarang ditemukan sebagai komplikasi demam tifoid.
C. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis, yaitu :
1. Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada wanita di bawah usia 21 tahun atau di atas 35 tahun.
2. Paritas
Mastitis lebih banyak diderita oleh primipara.
3. Serangan sebelumnya
Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan akibat teknik menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki.
4. Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis, walupun penggunaan oksitosin tidak meningkatkan resiko.
5. Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi terjadinya mastitis. Antioksidan dari vitamin E, vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko mastitis.
6. Faktor kekebalan dalam ASI
Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam payudara.
7. Stres dan kelelahan
Wanita yang merasa nyeri dan demam sering merasa lelah dan ingin istirahat, tetapi tidak jelas apakah kelelahan dapat menyebabkan keadaan ini atau tidak.
8. Pekerjaan di luar rumah
Ini diakibatkan oleh statis ASI karena interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan waktu dalam pengeluaran ASI yang adekuat.
9. Trauma
Trauma pada payudara karena penyabab apapun dapat merusak jaringan kelenjar dan saluran susu dan hal ini dapat menyebabkan mastitis.
D. Gejala Mastitis
- Nyeri payudara dan tegang atau bengkak
- Kemerahan dengan batas jelas
- Biasanya hanya satu payudara
- Terjadi antara 3-4 minggu pasca persalinan
E. Pencegahan
1. Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui
- Menyusui sidini mungkin setelah melahirkan
- Menyusui dengan posisi yang benar
- Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif
- Makan dengan gizi yang seimbang
Hal-hal yang mengaggu proses menyusui, membatasi, mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain :
- Pengunaan dot
- Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama
- Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum ia siap untuk menghisap payudara yang lain.
- Beban kerja yang berat atau penuh tekanan
- Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam
- Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain.
2. Penatalaksaan yang efektif pada payudara yang penuh dan kencang
Hal-hal yang harus dilakukan yaitu :
- Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting susu.
- Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi menghendaki tanpa batas.
- Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan ASI
3. Perhatian dini terhadap semua tanda statis ASI
Ibu harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan, nyeri/panas/kemerahan :
- Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko, seperti kealpaan menyusui.
- Bila ibu mengalami demam/merasa sakit, seperti sakit kepala.
Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut, maka ibu perlu untuk :
- Beristirahat, di tempat tidur bila mungkin.
- Sering menyusui pada payudara yang terkena.
- Mengompres panas pada payudara yang terkena, berendam dengan air hangat/pancuran.
- Memijat dengan lembut setiap daerah benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah tersebut.
- Mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik pada keesokan harinya.
4. Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain
Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat ibu mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI, seperti :
- Nyeri/puting pecah-pecah
- Ketidaknyaman payudara setelah menyusui
- Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi melepaskan payudara)
- Bayi yang tidak puas, menyusu sangat sering, jarang atau lama
- Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya, menganggap ASInya tidak cukup
- Pengenalan makanan lain secara dini
- Menggunakan dot
5. Pengendalian infeksi
Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi. Kontak kulit dini, diikuti dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk mengurangi infeksi rumah sakit.
F. Penanganan
Prinsip-prinsi utama penanganan mastitis adalah :
1. Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang paling nyeri dan membuat frustasi, dan membuat banyak wanita merasa sakit. Selain dalam penanganan yang efektif dan pengendalian nyeri, wanita membutuhkan dukungan emosional. Ibu harus dinyakinkan kembali tentang nilai menyusui, yang aman untuk diteruskan, bahwa ASI dari payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya.
Ia membutuhkan bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk penanganan, dan bagaimana meneruskan menyusui/memeras ASI dari payudara yang terkena. Ia akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat dukungan terus menerus dan bimbingan sampai ia benar-benar pulih.
2. Pengeluaran ASI dengan efektif
Hal ini merupakan bagian terapi terpenting, antara lain :
- Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya
- Dorong untuk sering menyusui, sesering dan selama bayi menghendaki, tanpa pembatasan
- Bila perlu peras ASI dengan tangan/pompa/botol panas, sampai menyusui dapat dimulai lagi
3. Terapi antibiotik
Terapi antibiotik diindikasikan pada :
- Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan infeksi
- Gejala berat sejak awal
- Terlihat puting pecah-pecah
- Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki
Antibiotik -laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcus aureus. Untuk organisme gram negatif, sefaleksin/amoksisillin mungkin paling tepat. Jika mungkin, ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur dan sensivitas bakteri antibiotik ditentukan.
Antibiotik Dosis
Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam
Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam
Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral
Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam
Sefaleksin 250-500 mg setiap 6 jam
Pada kasus infeksi mastitis, penanganannya antara lain :
- Berikan antibiotik
• Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam selama 10 hari
• Atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari
- Bantulah ibu agar
• Tetap meneteki
• Bebat/sangga payudara
• Kompres dingin sebelum meneteki untuk mengurangi bengkan dan nyeri
- Berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
- Evaluasi 3 hari
4. Terapi simtomatik
Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesic. Ibuprofen dipertimbangkan sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi dan nyeri. Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat. Istirahat sangat penting, karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi menyusui, sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu.
Tindakan lain yang dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI, dan yakinkan bahwa ibu cukup minum cairan.
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS
HARI KE 21 DENGAN MASTITIS DI BPS MAWAR
No Register : 018/BPS/X/2007
Tanggal Pengkajian : 14 Oktober 2007
Jam : 16.00
Tempat : BPS Mawar
Oleh : Bidan Mawar
SUBYEKTIF
1. Identitas Pasien
Istri Suami
Nama : Ny. Lastri Tn. Lasman
Umur : 24 tahun 27 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SLTA SLTA
Pekerjaan : - Karyawan Swasta
Penghasilan : - Rp. 800.000,-
Alamat : Panggungsari, Sariharjo Panggungsari, Sariharjo
Ngaglik, Sleman Ngaglik, Sleman
No. Telp : 0274 869303 0274 869303
2. Keluhan utama
Ibu ingin memeriksakan payudaranya yang sakit sejak 2 hari yang lalu
3. Keluhan saat ini
Ibu mengatakan cemas dan merasa payudara sebelah kanan terasa nyeri bila menyusui, bengkak, panas dan sakit, ibu merasa badan demam.
4. Riwayat menstruasi
Menurche, 15 tahun, siklus 28-30 hari, lama 5-7 hari, keluhan tidak ada
5. Riwayat perkawinan
Menikah 1 x pada usia 23 tahun di KUA, lama pernikahan 1 tahun
6. Riwayat keluarga berencana
Belum pernah menggunakan alat kontrasepsi dengan alasan masih masa nifas
7. Riwayat kehamilan
Persalinan
Tgl Umur
Kehamilan Jenis
Persalinan Penolong Jenis
Kelamin BB/PB
Lahir Komplikasi
23-9-2007 39 mgg Spontan Bidan Perempuan 2,9 kg/
49 cm -
8. Riwayat persalinan
a. Persalinan yang lalu belum pernah
b. Persalinan sekarang
Ibu mengatakan pada tanggal 23 September 2007 jam 09.00 Wib melahirkan spontan di BPS. Lahir bayi perempuan BB : 2900 grm, PB 49 cm, LK 33 cm bayi sehat langsung menangis, setengah jam langsung meneteki
9. Riwayat kesehatan
Ibu dan keluarga tidak pernah menderita penyakit kronis, seperti TBC, DM, asthma dan hipertensi
10. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi
- Sebelum melahirkan makan 3 x sehari, porsi 1 piring nasi, lauk-pauk, sayur, buah-buahan, minum kadang susu dan air putih + 6 gelas
- Setelah melahirkan makan 3 x sehari, dengan nasi, lauk, sayur, buah, minum air putih + 8 gelas dan tidak minum susu
b. Pola istirahat
- Sebelum melahirkan, istirahat tidur malam 7-8 jam siang 1-2 jam
- Setelah melahirkan, ibu tidak bisa tidur nyenyak
c. Pola eliminasi
- Sebelum melahirkan BAB 1 x sehari, BAK 7-8 kali sehari tidak ada keluhan
- Setelah melahirkan 1 x sehari, BAK 6 kali
d. Pola kebersihan diri
- Sebelum melahirkan mandi 2 x sehari, ganti baju 1 x sehari
- Setelah melahirkan mandi 2 x sehari, kadang dengan dibantu suami
e. Pola sexsualitas
- Sebelum melahirkan, hubungan sex 2-3 kali dalam seminggu
- Setelah melahirkan belum pernah hubungan sex
II. Data Psikososial
a. Tanggapan ibu terhadap kelahiran
Ibu mengatakan sangat bahagia dengan kelahiran putri pertamanya, namun 2 hari ini ibu murung dan sedih
b. Rencana dalam menyusui
Ibu mengatakan akan menyusui bayinya sendiri selama 2 tahun
c. Pengetahuan ibu tentang menyusui
Ibu belum pernah menyusui, jadi ibu belum tahu tentang cara menyusui yang benar
d. Pengetahuan ibu tentang perawatan diri dan bayinya
Ibu mengatakan belum begitu mengerti tentang perawatan diri seperti perawatan payudara, perineum dan perawatan bayi
e. Rencana mengasuh bayi
Ibu dan suami dibantu mertua akan mengasuh bayinya dengan sebaik-baiknya
f. Lingkungan sosial
Ibu tinggal dirumah bersama suami dan mertua, suami selalu memberi perhatian terhadap ibu, hubungan ibu dengan masyarakat baik
g. Adat istiadat
Ibu dan suami termasuk orang yang kurang percaya terhadap adat istiadat
h. Spiritual
Ibu belum menjalankan sholat 5 waktu, hanya sering baca doa-doa saja, keluarga termasuk orang yang taat beribadah, rajin menjalankan sholat 5 waktu secara berjamaah
OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : Compos mentis
- Vital sign
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x /menit
Nafas : 20 x /menit
Suhu : 38 0C
2. Pemeriksaan obstetrik
Kepala : mesochepal, kulit bersih, rambut tidak rontok
Muka : tidak oedema, cloasma gravidarum masih ada
Mata : conjungtiva tidak anemis, sclera tal icterik, mata tampak sembab seperti habis menangis dan kurang tidur
Hidung : tidak ada polip dan sekret
Mulut : tidak ada stomatitis, gigi tidak caries
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar hyroid
Dada/mamae : bentuk payudara tampak asimetris, bengkak kemerahan dan teraba tangan, puting menonjol, bila dipegang ibu kesakitan pada bagian kanan,pus -
Abdomen : tidak ada luka bakar, bekas operasi, strie gravidanum masih ada, IFU tidak teraba
Genetalia : tidak ada varises, oedema tidak ada, jahitan perneum bagus, pengeluaran pervagina lochea alba, warna kuning kecoklatan, tidak berbau
Ekstremitas : kaki dan tangan tidak oedema, reflek kaki kanan kaki kiri
3. Data penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Hb : 12 grm %
AT : -
AL : -
Golda : A
b. Catatan medik lainnya
- Jumlah pendarahan
Kala I : 0 CC
Kala II : 50 CC
Kala III : 150 CC
Kala IV : 100 CC
Jumlah : 300 CC
- Lama persalinan
Kala I : 8 jam
Kala II : 45 menit
Kala III : 10 menit
Kala IV : 2 jam
- Pemeriksaan fisik bayi
Anak perempuan BBL 2900 grm, PB 49 m, UK 33 Apgar score menit I : 6 V : 7 X : 9 anak normal
ASSESMENT
Seorang ibu berumur 24 tahun PI, AO Ah I nifas hari ke 21 dengan mastitis pada payudara kanan
PLANNING
- Memberitahu dan menjelaskan tentang keadaan ibu, ibu dan suami tampak paham
- Menjelaskan pada ibu tentang cara perawatan payudara dengan massage dan cara menyusui yang benar serta menganjurkan agar memakai BH yang dapat menyokong payudara dan menyerap keringat, ibu tampak paham dan berjanji melaksanakan anjuran bidan
- Yakinkan pada ibu, bahwa tetap menyusui walaupun sakit ibu akan mencoba menyusukan payudara kanannya lagi
- Melakukan pengompresan dengan air hangat 15-20 menit pada payudara dan menganjurkan melakukannya 2 x sehari, supaya payudara tidaj terlalu tegang dan keras. Ibu akan melakukannya dirumah, dibantu dengan suami
- Mengajurkan pada ibu untuk minum air putih yang banyak, minimal 8 gelas sehari, ibu mengerti dan bersedia melaksanakannya.
- Memberikan parasetamol 500 mg teroral setiap 8jam dan eritomcen 250 mg teroral 3 kali/hari untuk mengurangi pembengkakan dan rasa nyeri pada payudara ibu, ibu bersedia meminumnya.
- Memberikan motivasi pada ibu serta melibatkan suami dan keluarga dalam perawatan bayinya. Ibu mengangguk-angguk dan menyatakan senang mendapat dukungan
- Menjelaskan kepada suami untuk lebih meningkatkan perhatian terhadap ibu dan bayinya, suami berjanji akan lebih memperhatikan istri dan bayinya
- Menganjurkan ibu untuk istirahat/tidur bila bayi sedang tidur, ibu mengangguk-angguk
- Menjelaskan kepada ibu bahwa anak adalah angurah dan setiap amanah harus kita jaga dengan sebaik-baiknya dan menjaga amanah bagian dari bersyukur
- Memberikan penjelasan pada ibu tentang darah nifas, bahwa selama nifas ibu dilakukan melakukan sholat, hubungan suami istri. Namun masih banyak ibadah lain yang bisa kita lakukan misalnya dzikir dan berdoa, ibu tampak paham
- Membuat janji pertemuan kunjungan selanjutnya untuk evaluasi ulang dan konseling KB, ibu mengatakan akan datang 7 hari lagi
- Menganjurkan pada ibu untuk segera konsultasi apabila kondisi belum baik atau memburuk, ibu mengerti dan memahami
DAFTAR PUSTAKA
1. KEDARUTAN OBTETRI, Edisi III, oleh Richard H. Schwarz, M.D Alih Bahasa dr. Sugiarto Komala, Jakarta, Widya Medika 1997
Tidak ada komentar:
Posting Komentar