Minggu, 27 Juni 2010

perawatan janin

PERAWATAN JANIN INTRAPARTUM
By dyumamprasetyo@yahoo.com
RESPON JANIN TERHADAP PERIODE INTRAPARTUM
 Persalinan merupakan periode stress bagi janin.
 Pemantauan kesehatan janin secara continue merupakan bagian dari tindakan perawatan selama persalinan.
 Stress janin akan dapat menyebabkan kematian janin dalam rahim (IUFD) atau segera setelah janin lahir.
 Suplai oksigen untuk janin dapat berkurang melalui beberapa cara :
 Reduksi aliran darah melalui pembuluh darah ibu akibat hipertensi atau hipotensi maternal.
 Reduksi oksigen dari darah maternal akibat perdarahan atau anemia berat.
 Perubahan sirkulasi janin akibat kompresi tali pusat atau solusio plasenta.
 Kesejahteraan janin di dalam uterus selama proses persalinan dapat dipantau dengan melihat respon DJJ (denyut jantung janin) terhadap kontraksi rahim.
 Secara normal pola DJJ yang baik ditandai dengan nilai DJJ antara 110 – 160 x/menit, dengan variabilitas normal, tidak ada perubahan yang memburuk.
 Tanda khas pola aktivitas uterus normal :
 Kontraksi setiap 2-5 menit.
 Lama kontraksi kurang 90 detik.
 Jarak kontraksi 30 detik diantara 2 kontraksi.


DENYUT JANTUNG JANIN NORMAL
 Yaitu frekuensi denyut rata-rata saat ibu tidak sedang dalam persalinan/diukur diantara 2 kontraksi.
 Pada aterm rentang angka normal djj 110 – 160 kali/menit.

TAKIKARDI
 Yaitu frekuensi DJJ diatas 160 kali/menit berlangsung lebih dari 10 menit.
 Keadaan ini merupakan tanda awal hipoksia janin, yang dapat disebabkan karena :
- Infeksi maternal/infeksi fetal (ketuban pecah dini, amniosintesis, anemia).
- Respon terhadap obat-obatan (atropin dll).

BRADIKARDI
 Yaitu frekuensi DJJ dibawah 110 kali/menit berlangsung lebih dari 10 menit.
 Keadaan ini merupakan tanda akhir hipoksia janin sebelum terjadi kematian janin. Hal ini dapat disebabkan karena :
– Obat-obatan (anestesi) uteroplasenta.
– Kompresi tali pusat yang terlalu lama.
– Hipotensi pada ibu.
 Syndroma Hipotensi telentang posisi maternal disebabkan :
– Tekanan uterus pada vena kava akan menyebabkan penurunan pengembalian aliran darah ke jantung ibu yang kemudian mengurangi crah jantung dan TD ibu sehingga akan menyebabkan bradikardi pada janin.

VARIABILITAS DENYUT JANTUNG JANIN
 Digambarkan sebagai ketidakteraturan irama jantung normal.
 Variabilitas Pendek : perubahan djj dari satu denyut ke denyut berikutnya
– Misal; djj 140 x/menit. ada saat-saat dalam waktu satu menit itu dimana djj menjadi 134 atau 146.
– Ketidaksaamaan satu denyut dengan denyut berikutnya disebut Variabilitas jangka pendek.
 Variabilitas jangka panjang; sebagai siklus ritmik / gelombang dasar, biasanya terdapat 3 – 5 siklus/menit.
 Alat untuk memonitor ini disebut Tranduser Ultrasound.
 Hilangnya variabilitas merupakan tanda yang tidak baik dan kemungkinan adanya Distress janin.

PERUBAHAN PERIODIK PADA DENYUT JANTUNG JANIN
 Perubahan periodik pada Djj terdiri dari Akselerasi dan deselerasi.
 Ada 3 Deselerasi :
– Deselerasi dini.
– Seselerasi lambat.
– Deselerasi bervariasi.

AKSELERASI
 Disebabkan karena Dominasi respons simpatik (biasanya pada presentasi sungsang).
 Tekanan pada bokong janin akan menimbulkan akselerasi, sedang tekanan pada kepala akan menyebabkan deselerasi.
 Akselerasi juga dapat timbul pada kala II persalinan Preskep (saat janin gerak).

DESELERASI
 Disebabkan oleh dominasi respons parasimpatik, dapat dalam bentuk yang tidak menyenangkan.
 Tiga tipe deselerasi :
– Deselerasi awal.
– Deselerasi lamban.
– Deselerasi variable.
 Deselerasi dini sebagai respon terhadap tekanan pada kepala janin.
 Deselerasi ini tidak selalu timbul, apabila timbul ini terjadi pada kala I persalinan ketika servik membuka sekitar 4-7 cm.
 Deselerasi variasi, timbul pada prolapsus tali pusat.

AUSKULTASI PERIODIK DENYUT JANTUNG JANIN
 Auskultasi periodik DJJ dapat digunakan untuk menemukan adanya takikardi, bradikardi yang dapat terjadi selama periode pemeriksaan/pemantauan persalinan.
 Auskultasi djj dilakukan setiap 30 menit pada fase aktif kala I dan setiap 15 menit pada kala II persalinan.

PEMANTAUAN JANIN SECARA ELEKTRONIK ATAU ELECTRONIK FETAL MONITORING (EFM)
 Eksternal : menggunakan transducer eksternal yang diletakkan pada abdomen ibu untuk memeriksa DJJ dan aktivitas rahim.
 Internal : menggunakan elektroda spiral, yang diletakkan pada bagian terbawah janin untuk memeriksa EKG janin dan kateter tekanan intra uterine.
 Eksternal :
 Ultrasound transducer : gelombang bunyi berfrekuensi tinggi menunjukkan kerja mekanis jantung janin, digunakan saat periode antepartum dan intrapartum (paling sering / banyak digunakan).
 Fonotransducer : mikrofon yang memperkuat bunyi.
 Elektroda abdomen : EKG janin, jarang dipakai untuk pemantauan.
 Tokotransducer: untuk memantau frekuensi dan durasi kontraksi, diletakkan di daerah fundus/atas umbilicus (dipakai pada ante dan intra partum).


 Internal :
 Elektroda spiral : elektroda mengonversi EKG janin yang diperoleh dari presentasi janin. Metoda ini hanya dapat dipakai ketika ketuban sudah pecah dan servik sudah membuka lebar.
 Kateter tekanan intra uterin / Intra Uterin Pressure Catheter (IUPC), memantau frekuensi, waktu, intensitas dan kontraksi.

POLA DENYUT JANTUNG JANIN PASTI
 Rentang normal 110-160 kali / menit.
 Variabilitas nilai normal.
 Akselerasi.
 Deselerasi Dini.
 Deselerasi variasi ringan.

POLA DENYUT JANTUNG JANIN MERAGUKAN
 Peningkatan.penurunan djj nilai normal secara progresif.
 Takikardi/frekuensi lebih dari 160x/menit.
 Penurunan variabilitas nilai normal secara progresif.
 Hilangnya variabilitas.
 Deselerasi memanjang.
 Bradikardi berat.
 Deselerasi lamban.

PENYULUHAN PASIEN ATAU KELUARGA
 Jelaskan tujuan pemantauan.
 Jelaskan prosedur tindakan.
 Berikan rasionalisasi untuk posisi ibu saat akan dilakuakan tindakan.

PERAWATAN SAAT DILAKUKAN TINDAKAN
 Bantu ibu mendapatkan posisi yang nyaman selain supinasi.
 Ganti posisi ibu setiap jam.
 Ganti tempat sabuk monitor setiap 2 jam/bila memungkinkan.
 Beri perawatan perinium jika diperlukan (saat pemantauan internal dilakukan).

PENGKAJIAN IBU DAN JANIN
 Pada Pasien resiko rendah : auskultasi dilakukan setiap 30 menit pd fase aktif kala I dan kala II setiap 15 menit.
 Pada Pasien resiko tinggi : auskultasi setiap 15 menit pada fase aktif kala I dan setiap 5 menit pada kala II.

KEADAAN YANG DAPAT DILAPORKAN
 Adanya pola yang meragukan.
 Kemunduran setiap pola.
 Adanya aritmia janin.
 Kesulitan memperoleh DJJ yang adekuat.

TINDAKAN KEDARURATAN YANG DAPAT DILAKUKAN
 Reposisi pasien pada posisi lateral untuk mencegah kompresi tali pusat.
 Berikan Oksigen 10 liter sampai 12 liter/menit melalui masker (ssi protokol RS, bbrp protokol RS umumnya 7-8 liter/menit).
 Hentikan pemberian Oksitosin.
 Perbaiki hipovolemik maternal dengan meningkatkan kecepatan tetesan infuse.
 Periksa adanya perdarahan.
 Antisipasi persiaapan operasi / terminasi kehamilan bila pola yang meragukan tetap ada (meski telah dilakukan beberapa intervensi).

Tidak ada komentar: