Hijrah dan Akselerasi Dakwah
Bismillahirrohmanirrohim
Empat belas abad yang lalu, Rasulullah SAW mengikuti sebuah perintah Allah SWT yang bermakna fundamental, strategis dan juga politis. Kisah Heroisme mungkin saja sering kita dengar dimana sebuah perintah ‘berpindah’ yang merubah risalah dakwah dari fase substantif yang telah berlangsung sepuluh tahun pada periode Makkah. Hijrah, sebuah keputusan yang sebaiknya tidak dibayangkan terjadi dalam konteks saat ini. Sebuah keputusan yang bermakna ‘berpindah’ dan ‘meninggalkan’ pada jaman yang belum mengenal revolusi transportasi dan teknologi informasi.
Kita perlu membaca, bahwa saat itu Rasulullah SAW hanya memiliki waktu 23 tahun. Sehingga harus mencari cara membangun tim dan menaikkan akselerasi the dream team yang kemudian kita kenal sebagai Assabiqunal Awwalun. Belum selesai para sahabat memahami siapa dan apa Nabi Penutup tersebut, para sahabat sudah harus memahami adanya Isro’ dan Mi’raj. Baru saja sahabat reda akan peristiwa tersebut, ditengah embargo quraisy, ummat harus memutuskan untuk tidak saja berpisah secara keyakinan dengan sanak keluarga yang belum Islam, namun harus meninggalkan harta benda dan pangkat serta status sosialnya di Makkah .
Kalau mau membaca lebih detail, dalam upaya ‘peningkatan akselerasi perjuangan’ tersebut Rasulullah SAW selalu melakukannya dalam kerangka manajemen rasional, bukan seperti nabi-nabi sebelumnya yang dianugerahi solusi fantastis. Sebagai contoh Musa A.S yang membelah laut merah untuk menyelamatkan kaum Yahudi dari kejaran Firaun, atau Sulaiman A.S yang menjadi raja dengan kekayaannya dan kekuasaannya atas tentara manusia dan jin. Dan inilah mukjizat yang dianugerahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keteladanan yang bisa kita ikuti dalam manajemen yang rasional ummat akhir jaman.
Menilik kisah di atas, adalah sebuah keniscayaan bahwa dalam era informasi ini cara pandang kita berubah. Bahwa perubahan yang diusung oleh dakwah Islam (seperti yang diusung Muhammadiyah) harus melakukan peningkatan akselerasi, paling tidak demi mendekati kecepatan para sahabat Rasulullah tersebut. Dalam 23 tahun, seorang Muhammad SAW bisa ‘memaksa’ para sahabatnya menjadi tim hebat yang bermula dari (sekedar) membangun ‘liqo’ di rumah Al Arqom, hingga membangun Negara dengan status politik yang jelas serta keteraturan masyarakat Madinah Al Munawaroh. Empat belas abad kemudian, ketika hasil kerja otak manusia sudah sedemikian canggih dan revolusi ‘alat peradaban’ sudah sedemikian pesat, adalah sangat mungkin bila kecepatan dakwah Islam kita dekatkan dengan kecepatan assabiqunal awwalun tersebut.
Dari sinilah, teknologi informasi bersinergi dengan kepentingan dakwah Islam. Karakter masyarakat di jaman informasi dengan kata kunci: optimis, terencana, cepat, detail, elastis, dialogis dan lintas sekat-sekat primordial layak dipertimbangkan sebagai gaya dakwah Islam kedepan, khususnya di Muhammadiyah yang sudah berusia 98 tahun ini. Bahkan, bila capaian 98 tahun ini masih belum sebanding dengan hasil 23 tahun dakwah Rasulullah, wajar kalau khalayak bertanya: mengapa itu bisa terjadi ? Inilah yang menjadi refleksi kami, tim administrator-redaksi website www.muhammadiyah.or.id, yang 11 Januari ini tepat setahun, setelah relaunching tahun lalu di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta. Kami harus sadar, bahwa kami hidup bersama tim F1 Ferari yang awal tahun ini meluncurkan F2008 sebagai wujud pencapaian ‘rekayasa’ kecepatan dan keamanan tercanggih salah satu manajemen paling rapi di muka bumi ini. Jadilah Pemenang atau Pulanglah…!
Selamat tahun baru Hijriyah 1429. Ada baiknya kita belajar dari kearifan para ahli geologi bahwa the present is the key to the past and the future , dimana kesadaran saat ini selalu berkait dengan realitas masa lalu dan juga bentuk pencapaian di masa depan. Semoga kesadaran assabiqunal awwalun yang optimis, revolutif, efektif, taktis, dialogis dan teratur dalam ‘shaf shaf yang rapi’ dimasa lalu mampu kita teladani saat ini dalam gerak dakwah kita menuju masa depan. Fastabiqul Khairat..!
Yogyakarta,10 Januari 2008
Arif Nur Kholis – Redaktur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar