Minggu, 27 Juni 2010

INFEKSI SALURAN KENCING

INFEKSI SALURAN KEMIH ( ISK ) by dyumamprasetyo@yahoo.com
A. Pengertian
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi pada saluran kemih terluar (pembuangannya) sampai ke ginjal.Infeksi yang biasanya ditemui adalah infeksi kandung kemih, infeksi ginjal dan infeksi uretra (saluran membrosa yang mengalirkan urin dari kandung kemih keluar tubuh). Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah episode bakteriuria signifikan (yaitu anfeksi dengan jumlah koloni >100.000 mikroorganisme tungal per ml) yang mengenai saluran kemih bagian atas (pielomefritis, abses ginjal) atau bagian bawah (sistisis) atau keduanya.
B. ETIOLOGI
Infeksi Saluran Kemih (ISK) umumnya disebabkan oleh bakteri gram negatif (Escherichia coli, Enterobakter, Setrata, Pseudomonas, Coccus gram positif, Enterococcus dan S. Aurens, Candida) yang berasal dari saluran cerna, kelainan bawaan pada saluran kemih seperti lubang kutup yang terlalu kecil (timosis) atau letak lubang uretra yang tidak normal. Selain itu juga disebabkan adanya batu saluran kemih, sering menahan kencing atau sembelit.
Lemahnya pertahanan tubuh telah menyebabkan bakteri dari vagina, perineum (daerah sekitar vagina), rektum (dubur) atau dari pasangan (akibat hubungan seksual), masuk kedalam saluran kemih. Bakteri itu kemudian berkembang biak di saluran kemih sampai ke kandung kemih, bahkan bisa sampai ke ginjal.
C. EPIDEMIOLOGI
Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan keadaan yang sangat sering ditemukan pada praktik umum (biasanya disebabkan escherichia coli) dan merupakan 40% dari infeksi yang didapat di Rumah Sakit nosokomial (sering disebabkan oleh enterobacter atau klebsiella).
ISK dapat terjadi pada 5% anak perempuan dan 1-2% anak laki-laki.2 Kejadian ISK pada bayi baru lahir dengan berat lahir rendah mencapai 10-100 kali lebih besar disbanding bayi dengan berat lahir normal (0,1-1%). Sebelum usia 1 tahun, ISK lebih banyak terjadi pada anak laki-laki. Sedangkan setelahnya, sebagian besar ISK terjadi pada anak perempuan. Misalnya pada anak usia pra sekolah di mana ISK pada perempuan mencapai 0,8%, sementara pada laki-laki hanya 0,2%. Dan rasio ini terus meningkat sehingga di usia sekolah, kejadian ISK pada anak perempuan 30 kali lebih besar dibanding pada anak laki-laki. Dan pada anak laki-laki yang disunat, risiko ISK menurun hingga menjadi 1/5-1/20 dari anak laki-laki yang tidak disunat.
Pada usia 2 bulan – 2 tahun, 5% anak dengan ISK mengalami demam tanpa sumber infeksi dari riwayat dan pemeriksaan fisik.1 Sebagian besar ISK dengan gejala tunggal demam ini terjadi pada anak perempuan.
Insiden Infeksi Saluran Kemih (ISK) asimtomatika wanita muda 2-3% dan lansia >10%. Infeksi Saluran Kemih (ISK) pria muda jarang terjadi, bila ada akan menyebabkan STD atau Batu Saluran Kemih. Infeksi Saluran Kemih (ISK) pria berusia >50 tahun 5%, terjadi hubungan dengan pembesaran kelenjar prostat.

D. TANDA DAN GEJALA
Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi sistitis dan pielonefritis. Sistitis adalah infeksi kandung kemih, tempat tersering untuk infeksi. Pielonefritis dapat bersifat akut atau kronik. Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens. Pielonefritis akut juga dapat terjadi melalui infeksi hematogen. Infeksi dapat terjadi di satu atau kedua ginjal. Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau refluks vesikoureter. Pada infeksi ginjal, terjadi respons imun dan peradangan yang menyebabkan edema interstisium dan kemungkinan pembentukan jaringan parut. Yang paling sering terkena adalah tubulus dan dapat mengalami atrofi. Pada Pielonefritis kronik, terjadi pembentukan jaringan parut dan obstruksi tubulus yang luas. Kemampuan ginjal untuk memekatkan urine menurun karena rusaknya tubulus – tubulus. Glomerulus biasanya tidak terkena tidak terkena. Dapat timbul gagal ginjal kronik.
Gambaran klinis
Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :
 Disuria ( Nyeri waktu berkemih ),Peningkatan frekuensi berkemih.,Perasaan ingin berkemih.,Adanya sel – sel darah putih dalam urin.,Nyeri punggung bawah atau suprapubis.,Demam yang disertai adanya darah dalam urin pada kasus yang parah.
Pielonefritis akut biasanya memperlihatkan gejala :
 Demam, Menggigil, Nyeri pinggang, Disuria
Pielonefritis kronik mungkin memperlihatkan gambaran mirip dengan pielonefritis akut, tetapi juga dapat menimbulkan hipertensi dan akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal.
Adapun gejala – gejala Infeksi Saluran Kemih pada umumnya adalah :
1. Gejala secara atipikal (tidak khas)
 Fatigue., Letargi., Konfusio., Batuk.,Sesak.,Tidak panas.,Nyeri abdominal.
2. Gejala secara klasik
 Disuria.Urgensi.Frekuensi.Nyeri pinggang.Nyeri panggul.Menggigil. Demam.Taki kardi.Hipotensi (urasepsis).
3. Gejala secara umum
 Merasa selalu ingin buang air kecil setiap 30-60 menit. Terasa panas saat buang air kecil. Kesulitan saat buang air kecil. Keluar darah pada saat buang air kecil (air seni berwarna pink). Rasa sakit diatas lubang pubic. Bau yang tidak sedap pada saat buang air kecil di pagi hari, air seni mengandung nanah atau keruh.
E. FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB
1. Wanita
 Saluran kemih wanita lebih pendek. Kebersihan urogenital jelek.Penggunaan difragma tau kondom dengan caira spermicidal. Hubungan seksual lewat dubur. Sering bersetubuh. Post menopause. Cystocele.
2. Laki-laki
 Hubungan seksual lewat dubur. Kandung kemih terisi sisa kencing.
3. Lansia
 Kegagalan pengosongan vesica urinaria atau residu urin. Obstrusi urin karena kateter, tube nefrostomi, stent ureter. Diabetus Mellitus. Minum kurang, inkontinens alvi dan urin, imobilitas, masuk nursing home. Struktur anatomi saluran abnormal. Jarang kencing.
F.PENATALAKSANAAN
MEDIKAMENTOSA
Infeksi Saluran Kemih (ISK) diobati dengan antibiotic yang sesuai berdasarkan hasil kultur urin. Asupan cairan yang banyak harus diberikan dan kalium sitrat dapat menghilangkan disuria (anyang-anyangan).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) bagian atas, epididimo-orkitis dan prostatis
1. Terapi antibiotic i. v. (siprofloksasi, gentamisin, sefuroksim, ko-trimoksazol).
2. Redakan obstruksi akut dengan drainase internal (stent) atau exsternal (nefrostomi) terutama jika terjadi sepsis akut.
3. Abses akan memerlukan drainase baik secara radio logis maupun bedah.
Sistisis dan Infeksi Saluran Kemih (ISK) bagian bawah tanpa komplikasi
1. Antibiotic oral (trimetoprim, siprofloksasin, nitrofurantoin, sefradin).
2. Jika terdapat respon yang buruk terhadap terapi perkembangan suatu infeksi yang tidak biasa : tubercolosis (piuria steril), kandiduria, skistosomiasis, chlamydia trachomatis, neisseria gonorrhoeae.
3. Infeksi berulang harus meningkat kecurigaan terhadap kemungkinan kelainan yang mendasari yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
NON MEDIKAMENTOSA
1. Minumlah banyak cairan (dianjurkan untuk minum minimal 8 gelas air putih sehari).
2. Segera buang air kecil sebelum dan sesudah melakukan hubungan sex.
3. Jika memberihkan kotoran, bersihkan dari arah depan ke belakang, agar kotoran dari dubur tidak masuk ke dalam saluram kemih.
4. Pemeriksaan air seni secara rutin selama kehamilan. Dengan pemeriksaan tersebut akan dapat segera diketahui apakah anda terinfeksi atau tidak.
5. Jangan terlalu lama menahan keinginan buang air kecil.
GONORRHOE
A.Pengertian
Gonore adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh bakteri gram –negatif Neisseria gonorrhoeae/gonoccocus berupa kencing nanah dan merupakan penyakit yang ditularkan melalui hubungan badan dan sangat menular. Infeksi juga dapat terjadi pada neonatus sebagai akibat kontak pada waktu melahirkan . N. Gonorrhoe ae gonococcus dapat menyebabkan infeksi mukosa , lokal, atau tersebar. Infeksi tanpa gejala biasa terjadi.
A. Etiologi
Penyebab gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalam grup Neisseriae dan dikenal pada 4 spesies yaitu N. gonorrhoeae dan N. meningitidis yang bersifat patogen serta N. catarrhalis dan N. Pharyngis sicca yang bersifat komensal. Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.
Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8 U dan panjang 1,6 U, bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram bersifat negatif-Gram, terlihat di luar dan di dalam Leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39C, dan tidak tahan zat desinfektan.
Secara morfologik gonokok ini terjadi atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan bersifat nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang.
Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (immatur) yakni pada vagina wanita sebelum pubertas.
B. Epidemiologi
C. Tanda dan Gejala
1. Pada Pria
 Masa inkubasi 2-8 hari.
 Tysonitis , biasanya terjadi pada pasien dengan preputium yang sangat panjang dan kebersihan yang kurang baik . Diagnosis dibuat berdasarkan ditemukannya butir pus atau pembengkakan pada daerah frenulum yang nyeri tekan. Bila ductus tertutup akan menjadi abses dan merupakan sumber infeksi laten.
 Disuria yang timbul mendadak, rasa ingin BAK yang tak tertahan, sering BAK, disertai dengan keluarnya lendir mukoid dari uretra.
 Parauretritis sering pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka atau hipospodia . Infeksi pada duktus ditandai dengan butir pus pada kedua muara parauretra. Sekret uretra cepat menjadi purulen dan banyak.
 Radang kelenjar Littre ( Littritis ), tidak mempunyai gejala khusus. Pada urine ditemukan benang – benang atau butir – butir. Bila salah satu saluran tersumbat dapat terjadi abses folikular. Diagnosis komplikasi ini ditegakkan dengan aretroskopi.
 Infeksi pada kelenjar Cowpe ( Cowperitis ) dapat menyebabkan abses. Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan di daerah perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada waktu defekasi, dan disuria. Jika tidak diobati, abses akan pecah melalui perineum, uretra atau rectum dan mengakibatkan proktitis.
 Prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak enak di daerah perineum dan suprapubic, malaise, demam, nyeri kencing sampai hematuria , spasme otot uretra sehingga terjadi retensi urine, tenesmus ani, sulit buang air besar, dan obstipasi. Pada pemeriksaan teraba pembesaran prostat dengan konsistensi kenyal, nyeri tekan, dan adanya fluktuasi bila telah terjadi abses. Jika tidak diobati abses akan pecah, masuk ke uretra posterior atau kearah rectum mengakibatkan proktitis.
 Gejala Proktitis kronik ringan dan intermitten, tetapi kadang – kadang menetap. Terasa tidak enak di perineum bagian dalam dan rasa tidak enak bila duduk terlalu lama. Pada pemeriksaan prostat teraba kenyal, berbentuk nodus, dan sedikit nyeri pada penekanan. Pemeriksaan dengan pengurutan prostat biasanya sulit menemukan kuman gonokok.
 Vesikulitis ialah radang akut yang mengenai vesikula seminalis dan duktus ejakulatorius , dapat timbul menyertai prostatitis akut atau epididimitis akut. Gejala subyektif menyerupai gejala prostatitis akut, yaitu demam, polakisuria, hematuri terminal, nyeri pada waktu ereksi, atau ejakulasi, dan sperma mengandung darah. Pada pemeriksaan melalui rectum dapat diraba vesikula seminalis yang membengkak dan mengeras seperti sosis, memanjang di atas prostat . Adakalanya sulit menentukan batas kelenjar prostat yang membesar.
 Pada vas deferentitis atau funikulitis, gejala berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen bagian bawah pada sisi yang sama.
 Epididimitis akut biasanya unilateral dan setiap epididimitis disertai vas deferentitis. Keadaan yang mempermudah timbulnya epididimitis ani adalah trauma pada uretra posterior yang disebabkan salah pengelolaan pengobatan atau kelalaian pasien sendiri. Epididimis dan tali spermatika membengkak dan terasa panas, juga testis, sehingga menyerupai hidrokel sekunder. Pada penekanan terasa nyeri sekali. Bila mengenai kedua epididimis dapat mengakibatkan sterilitas.
 Infeksi Asendens dari uretra posterior dapat mengenai trigonum vesika urinaria. Gejalanya berupa poliuria, disuria terminal dan hematuria.
 Uretritis gonore tidak selalu menyebabkan demam, tetapi prostatitis, vesikulitis, atau epididimitis, sering disertai dengan demam.
 Retensi urin akut mungkin akibat inflamasi prostat.
 5-10% pria yang menderita infeksi uretra tetap asimtomatik, tidak mencari pengobatan, dan merupakan faktor penting bagi penyebaran infeksi.
Pada pria Heteroseksual
 Urethritis seringkali menjadi gejala pertama.
 Disuria hebat khususnya dengan voiding pertama saat pagi (voiding: buang air).
 Purulent discharge dari uretra.
 Bengkok pada penis dan bolanitis, gejala-gejala yang jarang.
 Pada pria Homoseksual dan Biseksual 20% gonore anal mungkin asimtomatik.
2. Pada Wanita
 Parauretritis, Kelenjar parauretra dapat terkena, tetapi abses jarang terjadi.
 Kelenjar Bartholin dan labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah, dan nyeri tekan, terasa nyeri sekali bila pasien berjalan dan pasien sukar duduk. Abses dapat timbul dan pecah melalui mukosa dan kulit. Bila tidak diobati dapat rekurens atau menjadi kista.
 Salpingitis dapat bersifat akut, subakut atau kronis. Ada beberapa factor predisposisi yaitu masa puerpurium, setelah tindakan dilatasi dan kuretase, dan pemakaian IUD. Infeksi langsung terjadi dari serviks melalui tuba falopii ke daerah salping dan ovum sehingga dapat menyebabkan penyakit radang panggul ( PRP ) . Gejalanya terasa nyeri parut pada tuba sehingga dapat mengakibatkan infertilitas atau kehamilan di luar kandungan. Diagnosis banding yang perlu dipikirkan antara lain kehamilan di luar kandungan, appendicitis akut, abortus septic, endometriosis, ileitis regional, dan diverticulitis. Penegakan diagnosis dilakukan dengan pungsi kavum Douglas, kultur dan laparoskopi.
 Penyakit mungkin mulai dengan disuria, rasa ingin dan sering BAK setelah masa inkubasi 2-8 hari, tetapi uretritis seringkali ringan atau tanpa gejala.
 Servisitis menyebabkan keluarnya lendir mukopurulen dan terkenanya kelenjar-kelenjar Bartholin dan Skene dapat menyebabkan terjadinya abses.
 Manifestasi salpingitis berupa demam timbul mendadak dan nyeri abdomen bagian bawah. Pemeriksaan fisik biasanya menunjukkan nyeri tekan bagian bawah abdomen, nyeri pada pergerakan serviks, dan nyeri tekan dari adneksa. Sterilitas sering terjadi setelah salpingitis.
 Infeksi gonokok ekstragenital termasuk proktitis, faringitis, artritis, endokarditis, perihepatitis (sindrom Fitz-Hugh-Curtis), dan konjungtivitis (pada bayi).
 Proktitis umumnya asimtomatik. Pada wanita dapat terjadi karena kontaminasi dari vagina dan kadang – kadang karena hubungan anogenital seperti pada pria. Keluhan pada wanita biasanya lebih ringan daripada pria, berupa rasa seperti terbakar pada daerah anus dan pada pemeriksaan tampak mukosa eritematosa, dan tertutup pus mukopurulen.
 Orofaringitis sebagai akibat hubungan seksual orogenital, sering bersifat asimtomatik. Bila ada keluhan sukar dibedakan dengan infeksi tenggorokan nyang disebabkan kuman lain. Pada pemeriksaan daerah orofaring tampak eksudat mukopurulen yang ringan atau sedang.
 Konjungtivitis dapat terjadi pada bayi baru lahir dari ibu yang menderita servisitis gonore. Pada orang dewasa infeksi terjadi karena penularan pada kunjungtiva melalui tangan atau alat – alat. Keluhannya berupa fotofobia, konjungtiva bengkak dan merah, serta keluar eksudat mukopurulen. Bila tidak diobati dapat berakibat terjadinya ulkus kornea, panoftalmitis sampai timbul kebutaan.
 Gonorrhoe Dissemenata banyak terjadi pada pasien gonorrhoe asimptomatik terutama pada wanita. Gejalanya dapat berupa arthritis ( terutama monoartritis ) , miokarditisendokarditis, perikarditis, meningitis, dan dermatitis.
 Penyakit gonokok yang menyebar dengan bakteriemia. Insiden meningkat pada saat haid. Penderita menderita demam dengan Lesi pada kulit dan artritis.
MEDIKAMENTOSA
1. Penisilin prokain 2,4 juta IU yang disuntikkan i.m. setelah pemberian probenesid 1 gram merupakan terapi terpilih.
Walaupun demikian dosis dapat diubah sesuai dengan taraf resistensi kuman.
Dosis untuk wanita lebih tinggi: 4,8 juta IU.
2. Obat pengganti:
a. Ampisilin dosis tunggal 3,5 gram ditambah 1 gram probenesid.
b. Amoksisilin 3 gram ditambah 1 gram probenesid.
c. Tiamfenikol oral dosis tunggal 2,5 – 3,5 gram, tetapi tidak dianjurkan pada wanita hamil.
d. Tetrasiklin HCl 4 x 500 mg selama 5 hari.
e. Eritromisin stearat 4 x 500 mg selama 5 hari.
3. Bila kuman penyebab diduga resisten terhadap penisilin (penicillinase producing N.gonorrhoeae = PPNG), maka obat terpilih adalah tiamfenikol atau kuinolon baru.
4. Abses Bartolini harus diinsisi.

No Jenis Obat Dosis Pemakaian Kontra Indikasi
1. Penisilin G prokain akua 4,8 juta + 1 gr probenesid Alergi
2. Ampisilin dan Amoksisilin 3,5 gram + 1 gram probenesid dan amoksisilin 3 gr + 1 gr probenesid Alergi
3. Sefalosporin seftiakson 250 mg i.m.
0,50 – 1 gram
4. Spektinomisin 2 gr i.m.
5. Kanamisin 2 gr i.m.
6. Tiamfenikol 3,4 gr, secara oral Tidak dianjurkan pada kehamilan
7. Kuinolon ofloksasin Siprofloksasin Nonfloksasin
400 mg
250-500 mg
800 mg secara oral

NON MEDIKAMENTOSA
1. Hubungan badan hanya dengan pasangan hidup anda dan selalu setia.
2. Gunakan kondom latex tiap kali melakukan hubungan badan, kecuali untuk menginginkan anak.
3. Hindari hubungan badan dengan pelacur, teman biasa dan pasangan berganti-ganti.
4. Hindari hubungan badan dengan siapa saja yang alat kelaminnya mengeluarkan cairan, luka-luka pada alat genitalnya.
5. Anak-anak muda harus diberi penerangan mengenai bahaya penyakit kulit dan bagaimana cara mencegah penyakit ini.
6. Koitus di luar perkawinan tanpa kondom harus segera diikuti dengan memberikan obat-obat yang efektif dalam dosis terapeutik, dalam waktu 24 jam.
7. Di asrama-asrama militer kondom dan cara-cara profilaktik lain harus disediakan dengan cuma-cuma.
8. Pessarium okklusivum tidak dapat melindungi uretra dan vulva terhadap infeksi, tapi dapat mencegah infeksi pada serviks.
9. Harus diadakan pengobatan cuma-cuma untuk tiap-tiap orang yang kena infeksi dan meminta pertolongan.
10. Pencegahan dan implikasinya dapat dilakukan melalui 3 tahap:
1. pencegahan penyakit
2. pencegahan komplikasi-komplikasi penyakit, misal penyakit inflammatory pelviks.
3. Pemulihan kerusakan yang disebabkan oleh penyakit, misalnya dengan cara rekonstruksi tubal.
11. Pengobatan secara dini terhadap orang-orang yang terkena infeksi.
12. Penggunaan metoda-metoda mekanis seperti kondom secara efektif.
13. Pendidikan atau penyuluhan mengenai GO terhadap orang-orang yang beresiko tinggi.
a. Deteksi awal melalui tracing kontak dan screening dapat mengurangi komplikasi GO yang serius.

Tidak ada komentar: