KECEMASAN PADA KEHAMILAN By dyumamprasetyo@yahoo.com
Kecemasan adalah keadaan yang tidak mengenakan dan tidak merasa nyaman ( Hamid, 1999). Kecemasan merupakan perasaan yang sering dialami manusia pada sepanjang hidupnya ( Prawiro Husodo 1988). Kecemasan muncul sebagai gejala yang normal, dapat pula sebagai gejala yang menyertai gangguan jiwa, juga bisa muncul sebagai sindroma yang disebut sebagai proses atau cemas ( Salang 1980 ). Kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui, interval, samar-samar atau konfliktual. Kecemasan merupakan perasaan individu dan pengalaman subyektif yang tidak dapat diamati secara langsung dan perasaan tanpa obyek yang spesifikdipacu oleh ketidaktahuan dan didahului oleh pengalaman baru ( Stuart and Sandeen 1998 ).
Gangguan rasa cemas merupakan gejala utama (cemas yang merata atau panik ) atau rasa cemas yang dialami bila individu tidak menghindari situasi tertentu atau terpaksa pada pikiran tertentu. Penyebab kecemasan bisa timbul karena berbagai hal, tetapi secara umum kecemasan ditimbulkan karena bahaya yang terdapat dalam diri manusia sendiri yaitu stimulus internal atau juga bahaya dari luar yang bersangkutan ditafsirkan lain karena adanya distorsi persepsi dari realitas eksternal (Salan 1997 ). Padahal sebenarnya seperti yang disebutkan dalam Al Quran surat Al Baqoroh : 155 dan Hadits Nabi bahwa manusia berhak untuk bebas dari rasa cemas, tegang dan depresi (Hawari,1997).
Stress adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Stres disebabkan oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian (Keliat, B.A., 1999). Salah satu contoh stress adalah menghadapi kehamilan. Kehamilan bisa diasumsikan oleh individu sebagai hal yang positif, jika dirasakan oleh individu sebagai sesuatu yang harus dilakukan dan individu tersebut siap. Sedangkan dianggap negatif, jika dirasakan oleh individu sebagai suatu ancaman dan individu tersebut tidak siap.
Berdasarkan hal tersebut, maka setiap individu akan mengalami stress karena adanya stimulus (stressor), dimana stimulus tersebut dapat menimbulkan perubahan atau masalah (stress) yang memerlukan cara menyelesaikan atau menyesuaikan kondisi terhadap masalah tersebut (koping) sehingga individu dapat menjadi lebih baik atau menjadi adaptif (lihat gambar 1).
Gambar 1. Proses stress, koping dan adaptasi
Pada individu, sumber stressor dapat berupa:
1. Lingkungan
a. Sikap lingkungan: berupa tuntutan, pandangan positif dan negatif terhadap keberhasilan diterima bekerja.
b. Tuntutan dan sikap keluarga, misalnya keharusan mendapatkan pekerjaan, keinginan akan pilihan orang tua untuk bekerja.
c. Perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi (IPTEK), makin cepatnya memperoleh informasi dan trend masa depan jika berhasil terhadap sesuatu yang diinginkan
2. Diri sendiri
a. Kebutuhan psikologis yaitu keinginan yang harus dicapai terhadap yang diinginkannya.
b. Proses internalisasi diri, yaitu penyerapan terhadap yang diinginkan secara terus menerus sesuai dengan perkembangannya
3. Pikiran
a. Berkaitan dengan penilaian individu terhadap lingkungan dan pengaruhnya pada diri serta persepsi terhadap lingkungan
b. Berkaitan dengan cara penilaian diri tentang cara penyesuaian yang biasa dilakukan oleh individu yang bersangkutan.
Pikiran individu yang negarif baik penilaian saat ini maupun masa yang akan datang memberi pengaruh yang lebih berat. Misalnya:
- Kecemasan menghadapi kehamilan yang pertama
- Ketakutan akan kondisi kehamilan
- Kecemasan pada saat ibu nifas
Dampak stressor dipengaruhi oleh berbagai faktor (Kozier & Erb, 1983 dikutip Keliat B.A., 1999) yaitu:
1. Sifat stressor
Pengetahuan individu tentang stressor tersebut dan pengaruhnya pada individu tersebut
2. Jumlah stressor
Banyaknya stressor yang diterima individu dalam waktu bersamaan. Jika individu tidak siap akan menimbulkan perilaku yang tidak baik. Misalnya marah pada hal-hal yang kecil.
3. Lama stressor
Seberapa sering individu menerima stressor yang sama. Makin sering individu mengalami hal yang sama maka akan timbul kelelahan dalam mengatasi masalah tersebut.
4. Pengalaman masa lalu
Pengalaman individu yang lalu mempengaruhi individu menghadapi masalah
5. Tingkat perkembangan
Tiap individu tingkat perkembangannya berbeda.
Analisa jurnal keperawatan
Pada jurnal yang kami analisa yaitu berjudul gambaran kepribadian ibu hamil muda dengan dan tanpa emesis gravidarum, faktor yang mempengaruhi post partum blues pada ibu nifas di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta kami dapatkan :
1. Hiperemesis ( gejala mual dan muntah ) yang terjadi pada kehamilan bisa merupakan proses fisiologis dari kehamilan maupun karena reaksi psikologis dan reaksi emosional dari tingkat yang ringan sampai berat pada ibu yang sedang hamil.
2. Kepribadian merupakan ekspresi yang keluar dari pengetahuan dan perasaan yang dialami secara subjektif oleh seseorang yang meliputi corak perilaku manusia yang digunakan untuk bereaksi terhadap segala rangsang baik dari dirinya sendiri maupun dari lingkungannya.
3. Dari hasil penelitian didapatkan ibu yang hamil mengalami hiperemesis adalah berusia antara 20-25 tahun, primigravida ( hamil pertama kali ) , pendidikan SMA, kepribadian maskulin-feminin.
4. Post partum blues adalah ibu nifas yang mengalami perubahan yang berbentuk fisik, psikososial yang dapat menyebabkan stress, bila tidak dapat diatasi bisa berlanjut menjadi depresi post partum, bahkan menjadi psikosa post partum.
5. Faktor yang mempengaruhi post partum blues adalah faktor pikologis diri sendiri ( umur ketika menikah, kehamilan pertama, pendidikan, ekonomi, respon menjadi orang tua, riwayat kehamilannya, jumlah bayi yang dilahirkan), dan juga ada faktor dari lingkungan ( usia suami, ekonomi, budaya, respon menjadi orang tua, dukungan keluarga, informasi asuhan nifas).
6. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa informasi asuhan nifas memiliki pengaruh signifikan terhadap kejadian post partum blues.
Diagnosa keperawatan yang didapatkan
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan respon verbal / non verbal terhadap perubahan aktual atau didapat pada struktur / fungsi.
2. Distress spiritual berhubungan dengan cemas ditandai oleh mengekspresikan kurang dalam arti dan tujuan dari hidup, koping kurang baik.
3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan nilai kemasyaratan, moral, religius dan perasaan yang tidak terselesaikan.
Intervensi keperawatan (Cara penyelesaian masalah)
Koping adalah cara yang dilakukan individu, dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan keinginan yang akan dicapai, dan respons terhadap situasi yang menjadi ancaman bagi diri individu.
Cara yang dapat dilakukan adalah:
1. Individu
a. Kenal diri sendiri
Merupakan tahap awal yang harus dilakukan. Karena individu yang sudah kenal akan dirinya, akan siap untuk menghadapi stressor yang ada. Cara yang dapat dilakukan adalah:
- Identifikasi siapa diri anda
- Tanyakan pada orang lain siapa anda
- Mintalah umpan balik jika anda sudah kena diri anda
b. Turunkan kecemasan
- Identifikasi penyebab cemas anda
- Cari tindakan yang menurut anda dapat menurunkan kecemasan
- Lakukan teknik relaksasi
c. Tingkatkan harga diri
- Identifikasi aspek positif yang anda miliki
- Mulai gali kemampuan positif yang anda miliki
- Pertahankan aspek positif yang anda miliki
d. Persiapan diri
- Tingkatkan kemampuan kognitif atau pengetahuan anda (belajar)
- Berdoa
- Mencari informasi
- Diskusi dengan orang yang sudah punya pengalaman bekerja
- Identifikasi kebutuhan yang perlu dipersiapkan
e. Pertahankan dan tingkatkan cara yang sudah baik
2. Dukungan sosial (keluarga, teman dan masyarakat)
a. Pemberian dukungan terhadap peningkatan kemampuan kognitif
b. Ciptakan lingkungan keluarga yang sehat, misalnya waktu berdikusi
c. dengan anggota keluarganya
d. Berikan bimbingan mental dan spiritual untuk individu tersebut dari keluarga
e. Berikan bimbingan khusus untuk individu, misalnya konseling
Adaptasi
Adaptasi merupakan hasil akhir dari upaya koping. Karakteristik respon beradaptasi
adalah:
- Dapat mempertahankan keseimbangan
- Adaptasi memerlukan waktu
- Kemampuan adaptasi berbeda untuk tiap individu
- Adaptasi melelahkan dan untuk itu perlu bantuan dari orang lain
Relaksasi
Dasar pikiran relaksasi adalah sebagai berikut. Relakasasi merupakan pengaktifan dari saraf parasimpatetis yang menstimulasi turunnya semua fungsi yang dinaikkan oleh sistem saraf simpatetis, dan menstimulasi naiknya semua fungsi yang diturunkan oleh saraf simpatetis. Masing-masing saraf parasimpatetis dan simpatetis saling berpegaruh maka dengan bertambahnya salah satu aktivitas sistem yang satu akan menghambat atau menekan fungsi yang lain (Utami, 1993). Berbagai macam bentuk relaksasi yang sudah ada adalah relaksasi otot, relaksasi kesadaran indera, relaksasi meditasi, yoga dan relaksasi hipnosa (utami, 1993). Disamping itu ada relaksasi dzikir yang merupakan bentuk sikap pasif atau pasrah dengan menggunakan kata yang diulang-ulang sehingga menimbulkan respon relaksasi yaitu tenang. Respon relaksasi yang digabungkan keyakinan ini sudah dikembangkan oleh Benson (2000), dimana dengan mengulang kata yang dipilih dapat membangkitkan kondisi relaks.
Kata atau dzikir yang akan digunakan sebaiknya berupa kata yang memiliki makna yang dalam bagi subjek. Dalam literatur Islam banyak sekali kata yang dapat digunakan untuk dzikir misalnya Yaa Allah, ahad.. ahad.., alhamdulillah, atau menggunakan asmaul husna. Arti dizkir sendiri adalah ingat, jadi perbuatan dzikir lebih pada makna dari pada verbalisasinya. Sehingga diharapkan dalam relaksasi dzikir ini dapat membawa subjek pada alam trasendental. Setelah sikap transenden sudah terbentuk langkah selanjutnya adalah membangkitkan sikap pasif yang merupakan sikap dalam relaksasi yaitu dengan menimbulkan sikap pasrah. Pasrah dapat dideskripsikan sebagai sebuah sikap penyerahan total kepada objek trasenden yaitu Allah SWT. Dengan sikap ini apapun yang terjadi dalam diri diterima tanpa reserve, sehingga sangat efektif untuk menimbukan sikap pasif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar