Selasa, 22 Juni 2010

ANALISA SWOT

ANALISIS SWOT
DODDY YUMAM PRASETYO SKep

A. Pendahuluan

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi perusahan/instansi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threaths). Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal, yaitu peluang dan ancaman dengan faktor internal, yaitu kekuatan dan kelemahan.

Diagram 1. Analisis SWOT










Keterangan diagram:
1. Kuadran 1 : ini menunjukkan situasi yang sangat menguntungkan. Lembaga tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy).
2. Kuadran 2 : meskipun menghadapi berbagai ancaman, lembaga ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah mengunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/ pasar).
3. Kuadran 3 : lembaga menghadapi peluang besar yang sangat besar, tetapi di lain pihak ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategis lembaga ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal lembaga sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.
4. Kuadran 4 : ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

B. Variabel SWOT

Tabel 1.
Variabel faktor internal dan eksternal
di ruang E RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
I Faktor Kunci Internal Bobot 50% Rating Weakness (-) Skor Rating Strengh
(+) Skor
A Sumber daya manusia dan administrasi 20 % 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Ruang E mempunyai falsalah yang mengacu pada Visi, Misi RS. 1 + 3 0,03
2 Ada komitmen dan motivasi dari perawat ruang E untuk implementasi MPM 1 +2 0,02
3 Dilaksanakan peningkatan standar pendidikan perawat berkelanjutan dan pengembangan pengetahuan perawat formal maupun informal 1 +2 0,02
4 Kepuasan perawat terhadap hubungan antar perawat 2 +3 0,06
5 Hubungan kemitraan dengan profesi lain 1 +3 0,03
6 Perawat belum memanfaatkan sistem pendukung manajemen secara optimal 0,5 -2 -0,01
7 Tidak ada kepuasan perawat terhadap jaminan kesehatan 0,5 -2 -0,01
8 Tidak ada kepuasan perawat terhadap insentif 3 -1 -0,03
9 Kualifikasi dan Jumlah Perawat yang tersedia diruang E kurang memadai 2 -1 -0,02
10 Tidak adanya tenaga pendamping perawat di ruang E (ex: pramu husada). 5 -1 -0,05
11 Adanya resistensi perawat di ruang E terhadap perubahan 1,5 -1 -0,02
12 Perawat dan SDM lain sebagai kompetitor 0,5 -2 -0,010
13 Organisasi profesi perawat masih lemah 0,5 -2 -0,01
14 Motivasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi kurang 0,5 -3 -0,015
Jumlah -0,175 0,16
B Sarana dan Prasarana pendukung 4%
1 Letak ruang E strategis terhadap akses instalasi penunjang lainnya 0,3 +2 0,006
2 Terdapatnya lahan/tempat untuk penambahan fasilitas di ruang E. 0,3 +2 0,006
3 Prasarana pendukung perawatan kurang, terutama linen tempat tidur 1 -1 -0,01
4 Letak ruang perawatan pasien jauh dari ruang perawat 0,3 -2 -0,006
5 Pelaksanaan perbaikan sarana lambat 1 -1 -0,01
6 Mesin/alat perawatan kurang memadai 1 -1 -0,01
Jumlah -0,036 0,012
C Customer 5%
1 Tingkat kepuasan customer internal di ruang E (tenaga ruang E) 1 +3 0,03
2 Tingkat kepuasan klien di ruang E RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro 1 +3 0,03
3 Mutu pelayanan perawatan di ruang E RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro belum optimal 0,5 -2 -0,01
4 Metode pembayaran/administrasi prosedural dan berbelit, terlalu melibatkan klien ( belum jalan Billing sistem) 0,5 -2 -0,01
5 BOR di ruang E melebihi standart nasional. 1 -1 -0,01
6 Pangsa pasar ruang E RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro pada tingkat sosial masyarakat bawah. 1 -1 -0,01
Jumlah -0,04 0,06
D Pembiayaan 18 %
1 Anggaran operasional ruang E didukung oleh rumah sakit 2 +3 0,06
2 Anggaran kesehatan yang ada 2 3 0,06
3 Insentif tidak seimbang dengan beban kerja perawat ruang E. 5 -1 -0,05
4 Sistem pembagian jasa medik melalui sistem penghitungna secara sentral 5 -1 -0,05
5 Kenaikan tarif tidak di imbangi dengan fasillitas rawat inap 4 -1 -0,04
Jumlah -0,14 0,12
E Penerapan managemen keperawatan 2,5%
1 Pemberian pelayanan perawatan mengutamakan klien 0,75 2 0,015
2 Protap/SAK tersedia 0,75 3 0,0225
3 Perencanaan jangka pendek dan panjang belum ada 1 -2 -0,02
Jumlah -0,02 0,0375
F. Program riset dan pengembangan iptek 0,5%
1 Perawat belum menggunakan sistem informasi managemen (SIM) dengan komputerisasi 0,5 -2 -0,01
Jumlah -0,01
Jumlah total -0,421 0,3895
II Faktor Kunci Eksternal 50% Threat (-) Skor Opportunity (+) Skor
A Pengembangan pemerintah 8%
1 Status sebagai rumah sakit rujukan dan pendidikan 2 2 0,04
2 Status akreditasi penuh 12 bidang pelayanan 1 2 0,02
3 Dukungan pihak lain 2 2 0,04
4 Dukungan pemilik RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro 1 2 0,02
5 Harapan masyarakat/klien terhadap RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro 2 2 0,04
Jumlah 0,16
B Bina Lingkungan/Kemitraan 6%
1 Meningkatkan hubungan/promosi dengan Instansi swasta/pemerintah/masyarakat 2 2 0,04
2 Kerjasama dengan instansi pendidikan 2 3 0,06
3 Terdapatnya tenaga spesialis medik 2 3 0,06
Jumlah 0,19
C Perubahan pangsa pasar 13%
1 RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro berada di kota yang semakin berkembang 2 3 0,06
2 Populasi penduduk cenderung meningkat 3 3 0,09
3 Perkembangan pendidikan keperawatan meningkat 2 3 0,06
4 Perkembangan transportasi 2 3 0,06
5 Perkembangan iptekes perawatan 2 2 0,04
6 Perkembangan profesi lain : spesialisasi 2 -2 -0,04
Jumlah -0,04 0,3
D Penyandang dana 7%
1 Asuransi kesehatan , JPKM, astek, dan asuransi kesehatan yang lain mulai bersaing dalam menyediakan fasilitas 3 3 0,09
2 Klien maskin dibiayai oleh pemerintah 4 4 0,16
Jumlah 0,25
E Sumber Daya Manusia 4%
1 Adanya tenaga magang 4 4 0,16
Jumlah 0,16
F Pertumbuhan ruangan 5%
1 Perkembangan ruangan yang ada sebagai pesaing utama 3 -2 -0,06
2 Pertumbuhan rumah sakit pesaing dan pelayanan kesehatan lainnya 2 -2 -0,04
Jumlah -0,1
G Pelanggan 4%
1 Peningkatan kesadaran masyarakat akan hukum etika, malpraktek serta tuntutan pengadilan terhadap tenaga kesehatan, UU No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 2 -3 -0,06
2 Akibat dari globalisasi, modernisasi, dan industrialisasi menimbulkan pergeseran nilai dan norma kehidupan. Keadaan ini menimbulkan pula stres. 2 -3 -0,06
Jumlah -0,12
H Kompetitor 3%
1 Pertumbuhan SDM di ruangan lain 3 -2 -0,06
Jumlah -0,06
Jumlah total -0,32 1,04

C. Analisis Variabel
Item kekuatan yang mempunyai nilai tinggi adalah kepuasan perawat terhadap hubungan antar perawat, anggaran operasional ruang E didukung oleh rumah sakit, dan anggaran kesehatan yang ada, sebesar 0,06. Sedangkan nilai terendah pada item kekuatan adalah terdapatnya lahan/tempat untuk penambahan fasilitas di ruang E dan letak ruang E strategis terhadap akses instalasi penunjang lainnya sebesar 0,006. Pada variabel kelemahan, item yang mempunyai nilai paling lemah adalah tidak adanya tenaga pendamping perawat, insentif tidak seimbang dengan beban kerja perawat ruang E, dan sistem pembagian jasa medik melalui sistem penghitungan secara sentral sebesar –0,05.
Kepuasan terhadap hubungan antar perawat sangat mempengaruhi keberhasilan dalam pemberian layanan keperawatan yang komprehensif. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa hubungan antar perawat di ruang E cukup baik, tampak dari kerjasama antar perawat. Tetapi di sisi lain ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu tentang
komitmen dan kedisiplinan yang perlu ditingkatkan. Pada saat jam jaga, ada perawat yang keluar dalam jangka waktu cukup lama. Ada juga yang tidak masuk pada jadwal yang telah ditentukan sebelumnya tanpa adanya keterangan yang jelas. Menurut hasil wawancara, pihak ruang E sendiri juga telah memotivasi untuk selalu berperilaku disiplin, namun kenyataannya sampai saat ini hal itu masih sering terjadi. Masalah kedisiplinan yang tampaknya ringan, akan mempengaruhi kinerja perawat apabila tidak segera diatasi karena bisa menghambat dalam pelayanan kepada pasien.
Kepuasan hubungan, kedisiplinan, dan komitmen berpengaruh terhadap kinerja. Disisi lain, kinerja juga dipengaruhi oleh kepuasan terhadap insentif. Menurut Lawler dan Porter (1967), bahwa imbalan upah yang jelas adil dan wajar akan memperkuat kepuasan kerja, dan kepuasan kerja akan mempengaruhi kinerja. Kinerja itu berdampak langsung dan cepat terhadap imbalan intrinsik maupun terhadap produktivitas, tetapi lambat/kurang dekat/kurang langsung terhadap imbalan ekstrinsik. Berdasarkan data, insentif di ruang E tidak seimbang dengan beban kerja perawat. Di ruang E, dengan BOR yang selalu tinggi rata-rata melebihi 90% tentunya membawa konsekuensi beban kerja yang tinggi, tetapi insentif yang diterima belum sesuai dengan beban kerjanya, seperti hasil wawancara berikut:

“…harusnya kalau beban kerjanya tinggi maka insentif yang diterima juga tinggi, tapi di sini tidak…”.

Beban kerja yang tinggi tentunya harus didukung dengan sumber daya yang memadai. Tetapi di ruang E, jumlah perawat yang ada kurang memadai. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa di ruang E belum ada tenaga pendamping perawat (pramu husada) sehingga semua kegiatan harus ditangani oleh perawat. Dari perhitungan menurut Gillies didapatkan bahwa jumlah perawat yang dibutuhkan adalah 14 orang, Douglas 17 orang, dan Depkes 17 orang, tetapi pada kenyataannya jumlah perawat yang ada sebanyak 11 orang.
Pada variabel peluang, item yang mempunyai nilai paling tinggi adalah klien maskin dibiayai oleh pemerintah, dan adanya tenaga magang sebesar 0,16. Sedangkan pada variabel ancaman, item yang ancamannya tinggi adalah perkembangan ruangan yang ada sebagai pesaing utama, peningkatan kesadaran masyarakat akan hukum dan etika, malpraktek serta tumtutan pengadilan terhadap tenaga kesehatan, UU No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, akibat globalisasi, modernisasi dan industrialisasi menimbulkan pergeseran nilai dan norma kehidupan dan menimbulkan stress, serta pertumbuhanSDM di ruangan lain sebesar –0,06.
Ruang E merupakan ruang perawatan khusus gakin, sehingga semua biaya bagi pasien ditanggung oleh pemerintah. Hal ini tentunya merupakan suatu peluang, karena tak ada kekhawatiran adanya pasien yang tidak mampu membayar biaya perawatan di rumah sakit. Adanya tenaga magang memang membantu secara kuantitas dalam memberikan pelayanan di ruang E, tetapi bila tenaga magang itu masih baru, dilain pihak menimbulkan beban karena perawat harus memberikan pendampingan terlebih dahulu pada pegawai magang tersebut. Pada item ancaman, sebenarnya hal itu bisa diubah menjadi suatu peluang dengan usaha dan komitmen yang tinggi dari pihak perawat dengan dukungan rumah sakit.

D. Posisi Ruang E Pada Diagram Cartesius

Analisis lingkungan internal:
Kekuatan : 0,3895
Kelemahan : - 0,4210
- 0,0316
Analisis lingkungan ekstrenal:
Peluang : 1,04
Ancaman : - 0,32
0,72
Posisi strategis ruang E RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten ditentukan dengan menggunakan diagram Cartesius, nilai total kekuatan dikurangi nilai total kelemahan ditempatkan pada sumbu X dan nilai total peluang di kurangi nilai total ancaman berada pada sumbu Y. Dari perhitungan diperoleh untuk sumbu X adalah 0,3895– 0,4210 = -0,0316 sedangkan untuk sumbu Y adalah 1,04 – 0,32 = 0,72. Dengan demikian posisi ruang E RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten dalam diagram Cartesius berada pada koordinat (- 0,0316; 0,72) yaitu terletak pada kuadran III yaitu mendukung strategi turn around (berbalik arah), seperti pada gambar berikut :

Opportunity
Y
0,72

Strenghts
Weakness - 0,0316 X



Treath

Hasil analisis SWOT berada pada kuadran III yang berarti bahwa ruang E RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi ruang E seharusnya adalah meminimalkan masalah-masalah internal ruang E sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

E. Matrik SWOT

Tabel 2
Matrik SWOT dalam penentuan strategi dalam upaya meningkatkan tingkat efisiensi ruang E RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
IFAS






















































EFAS STRENGTHS (S)

• Kepuasan perawat terhadap hubungan antar perawat
• Anggaran operasional ruang E didukung oleh rumah sakit.
• Anggaran kesehatan yang ada.
• Ruang E mempunyai falsafah yang mengacu pada visi, misi RS.
• Hubungan kemitraan dengan profesi lain.
• Tingkat kepuasan customer internal di ruang E (tenaga ruang E).
• Tingkat kepuasan klien di ruang E RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro.
• Protap/SAK tersedia
• Ada komitmen dan motivasi dari perawat ruang E untuk implementasi MPM.
• Pemberian pelayanan perawatan mengutamakan klien.
• Dilaksanakan peningkatan standart pendidikan perawat berkelanjutan dan pengembangan pengetahuan perawat formal maupun informal.
• Pemberian pelayanan keperawatan mengutamakan klien
• Letak ruang E strategis terhadap akses instalasi penunjang lainnya.
• Terdapatnya lahan/tempat untuk penambahan fasilitas di ruang E. WEAKNESSES (W)

• Tidak adanya tenaga pendamping perawat (ex:pramu husada)
• Insentif tak seimbang dengan beban kerja perawat ruang E.
• Sistem pembagian jasa medik melalui sistem penghitungan secara sentral.
• Pelaksanaan perbaikan sarana lambat.
• Kenaikan tarif tidak diimbangi dengan fasilitas rwat nap
• Tidak ada kepuasan perawat terhada insentif
• Kualifikasi dan jumlah perawat yang tersedia di ruang E kurang memadai.
• Adanya resistensi perawat di ruang E terhadap perubahan.
• Motivasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi kurang
• Perencanaan jangka pendek dan panjang belum ada.
• Perawat belum memanfaatkan sistem pendukung manajemen secara optimal.
• Tidak ada kepuasan perawat terhadap jaminan kesehatan.
• Perawat dan SDM lain sebagai kompetitor.
• Organisasi profesi perawat masih lemah.
• Prasarana pendukung perawatan kurang, terutama linen tempat tidur.
• Pelaksanaan perbaikan sarana lambat
• Mesin/alat perawatan kurang memadai.
• Mutu pelayanan perawatan di ruang E RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro belum optimal.
• Metode pembayaran/administrasi prosedural dan berbelit, terlalu melibatkan klien (belum berjalan billing system).
• BOR di ruang E melebihi standart nasional
• Pangsa pasarruang ERSUP Dr Soeradji Tirtonrgoro pada tingkat sosial masyarakat bawah.
• Perawat belum menggunakan sistem informasi manajemen (SIM).
• Letak ruang perawatan pasien jauh dari ruang perawat.

OPPORTUNIES (O)

• Klien maskin dibiayai oleh pemerintah
• Adanya tenaga magang
• Populasi penduduk cenderung meningkat.
• Asuransi kesehatan, JPKM, astek, dan asuransi kesehatan yng lain mulai bersaing dalam menyediakan fasilitas.
• Kerjasama dengan instansi pendidikan.
• Terdapatnya tenaga spesialis medik.
• RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro berada di kota yang semakin berkembang.
• Perkembangan pendidikan keperawatan meningkat
• Perkembangan transportasi
• Status sebagai rumah sakit rujukan dan pendidikan.
• Dukungan pihak lain
• Harapan masyarakat/klien terhadap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro.
• Meningkatkan hubungan/promosi dengan instansi swasta/pemerintah/ masyarakat.
• Perkembangan iptekes perawatan.
• Status akreditasi penuh 12 bidang pelayanan.
• Dukungan pemilik RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro.



Strategi SO


- Menanamkan visi, misi, falsafah sebagai tujuan pelayanan customer oriented.
- Mengoptimalkan sumber daya perawat ruang E untuk meningkatkan kualitas pelayanan perawatan
- Peningkatan standar profesi perawatan sesuai Iptekkes
- Memenuhi harapan masyarakat dengan implementasi MPM
- Menerapkan customer service untuk kepuasan pelanggan
- Segera merealisasikan kebijakan pengelolaan ruang E secara mandiri.
- Meningkatkan jalinan dengan JPKM/asuransi lain.
-





Strategi WO

• Perlu adanya tambahan tenaga perawat ataupun pendamping perawat.
• Tingkatkan kesesuaian antara insentif dengan beban kerja perawat.
• Perlu adanya penambahan sarana/alat perawatan dan realisasi perbaikan sarana.
• Penerapan managemen perawatan yang baik dengan perencanaan jangka pendek dan panjang demi kualitas pelayanan perawat bagi pelanggan internal dan eksternal.
• Peningkatan keterbukaan dan komunikasi
• Membudayakan etos prestasi dan kerja tim demi eksistensi perawat.
• Dilakukan evaluasi ruangan secara periodik dan terencana.
• Memperbaiki sistem informasi manajemen keperawatan
• Tingkatkan riset dan pemanfaatan hasil riset pada praktek perawat.
• Meningkatkan motivasi perawat dalam kerja.
• Kejelasan antara reward dan punisment.
• Meningkatkan jalinan dengan JPKM/asuransi lain.
• Tingkatkan jaminan kesehatan karyawan

TREATHS (T)
• Perkembangan ruangan yang ada pesaing utama
• Peningkatan kesadaran masyarakat akan hukum etika, malpraktek serta tuntutan pengadilan terhadap tenaga kesehatan, UU No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
• Akibat dari globalisasi, modernisasi, dan industrialisasi menimbulkan pergeseran nilai dan norma kehidupan. Keadaan ini menimbulkan pula stres.
• Pertumbuhan SDM di ruangan lain
• Perkembangan profesi lain:spesialisasi
• Pertumbuhan rumah sakit pesaing dan pelayanan kesehatan lainnya.
Strategi ST

• Meningkatkan jalinan dengan JPKM/asuransi lain.
• Meningkatkan promosi kepada masyarakat luar.
• Memberikan pelayanan yang mengutamakan kepuasan pelanggan.
• Penekanan penerapan etika profesi perawat.
• Meningkatkan komitmen perawat dalam melaksanakan metode MPM
• Memotivasi SDM dan elemen terkait untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan ruangan.


Strategi WT

• Perlu peningkatan forum diskusi antara perawat dengan institusi pendidikan untuk transfer informasi.
• Tingkatkan efisiensi dan efektifitas kerja
• Meningkatkan fasilitas keperawatan sesuai standar, agar dapat bersaing dengan RS yang lain


F. Alternatif Strategi pada Strategi Weakness - Opportunity
1. Diperlukan penambahan tenaga perawat ataupun pendamping perawat karena beban kerja yang tinggi.
2. Diperlukan peninjauan ulang tentang sistem insentif, disesuaikan dengan beban kerja perawat.
3. Perlunya dilakukan penambahan alat-alat perawatan.
4. Perlunya penyusunan perencanaan ruangan jangka panjang dan jangka pendek.
5. Kejelasan wewenang ruangan dalam pengaturan operasionalnya dan berinovasi.
6. Perlunya penyamaan persepsi, komunikasi dan keterbukaan antara pihak ruangan dengan pihak pengelola.
7. Penting adanya kejelasan antara reward dan punishment untuk meningkatkan komitmen dan tanggung jawab perawat.
8. Penting dilakukan evaluasi secara periodik.
9. Pelaksanaan pelatihan ataupun Continuing Nursing Education untuk meningkatkan pengetahuan perawat.

Tidak ada komentar: